Ikuti Penguatan Minyak Pesaing, CPO Berjangka Melesat 1,4 Persen
Tuesday, May 20, 2025       13:37 WIB

Ipotnews - Minyak kelapa sawit (CPO) berjangka Malaysia menguat untuk sesi kedua berturut-turut, Selasa, didorong kenaikan harga minyak kelapa sawit Dalian menyusul langkah-langkah stimulus terbaru China.
Harga minyak kelapa sawit acuan untuk kontrak pengiriman Agustus di Bursa Malaysia Derivatives Exchange melonjak 1,44%, menjadi 3.938 ringgit (USD919,45) per metrik ton pada jeda tengah hari, demikian laporan  Reuters,  di Kuala Lumpur, Selasa (20/5).
"Minyak kelapa sawit berjangka melesat didorong sentimen pasar yang positif di pasar olein palm Dalian dan karena kenaikan harga minyak kedelai (soyoil) Chicago," kata David Ng, trader Iceberg X Sdn Bhd, perusahaan trading yang berbasis di Kuala Lumpur.
"Harga minyak kelapa sawit Dalian menguat terutama karena serangkaian langkah-langkah stimulus yang diumumkan Pemerintah China yang mengangkat sentimen di pasar."
Kontrak minyak kedelai Dalian yang paling aktif naik 0,46%, sementara kontrak minyak kelapa sawitnya melejit 1,42%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade turun 0,47%.
Minyak kelapa sawit mengikuti pergerakan harga minyak pesaingnya, karena berkompetisi untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Ringgit, mata uang perdagangan kelapa sawit, menguat 0,07% terhadap dolar, membuat komoditas tersebut sedikit mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
Harga minyak hampir tidak bergerak karena trader mempertimbangkan dampak pada pasokan dari kemungkinan kegagalan dalam perundingan AS-Iran mengenai program nuklir Teheran, permintaan fisik front-month yang kuat di Asia dan prospek yang hati-hati untuk ekonomi makro China.
Survei kargo Intertek Testing Services dan AmSpec Agri Malaysia bakal merilis estimasi ekspor 1-20 Mei hari ini.
Malaysia menurunkan harga acuan CPO Juni ke level yang menempatkannya dalam kisaran bea ekspor 9,5%, menurut surat edaran di situs web Malaysian Palm Oil Board.
"Minyak kelapa sawit mungkin naik ke kisaran 3.946 ringgit hingga 3.981 ringgit per metrik ton, didorong wave C," tutur analis teknikal Reuters, Wang Tao. (ef)

Sumber : Admin