Imbal Hasil US Treasury Melesat, Penguatan Logam Kuning Terpangkas
Wednesday, October 20, 2021       04:31 WIB

Ipotnews - Harga emas memangkas kenaikan, Selasa, setelah melesat lebih dari 1% sebelumnya, karena daya tarik  safe-haven  logam itu mendapat pukulan dari kenaikan imbal hasil US Treasury dan laporan keuangan optimistis dari perusahaan-perusahaan Amerika.
Harga emas di pasar spot naik 0,3% menjadi USD1.769,94 per ounce pada pukul 24.31 WIB, demikian laporan  Reuters,  di Bengaluru, Selasa (19/10) atau Rabu (20/10) dini hari WIB.
Emas melonjak sebanyaknya 1,2% di awal sesi didorong depresiasi dolar yang membuat  bullion  lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Sementara itu, emas berjangka Amerika Serikat untuk kontrak Desember ditutup menguat 0,3% menjadi USD1.770,5 per ounce.
"Tidak banyak keyakinan pada emas saat ini," kata Edward Moya, analis OANDA.
"Kita tidak tahu persis apakah kita akan melihat perubahan besar dari Federal Reserve. Kita melihat laporan keuangan, sebagian besar, mengesankan, dan itu menjadi pendorong utama untuk menjaga selera risiko tetap kuat."
Wall Street menghijau, Selasa, dibantu laporan keuangan yang optimistis dari Johnson & Johnson dan perusahaan asuransi Travelers.
Mengurangi daya tarik emas--yang tidak memberikan bunga--imbal hasil US Treasury 10-tahun mencapai level tertinggi sejak awal Juni di 1,6302%.
Pelaku pasar semakin memperkirakan The Fed untuk mulai mengurangi pembelian asetnya segera, karena musim laporan keuangan itu memberikan dorongan sejauh ini dan data terbaru menunjukkan peningkatan yang solid dalam indeks harga konsumen AS.
Pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga cenderung menaikkan imbal hasil obligasi pemerintah, meningkatkan  opportunity cost  memegang emas.
Di antara logam mulia lainnya, platinum naik 0,6% menjadi USD1.041,50 per ounce dan paladium melonjak 4,2% menjadi USD2.100,15 per ounce.
Harga perak di pasar spot melejit 2,7% menjadi USD23,80 per ounce dan menyentuh level tertinggi lebih dari satu bulan.
Seiring dengan platinum dan paladium yang kemungkinan terbantu oleh  short-covering,  "ada beberapa harapan bahwa kekurangan pasokan  chip  berpotensi mencapai puncaknya," kata analis UBS, Giovanni Staunovo. "Jika data menunjukkan itu masalahnya, kita bakal mendapatkan beberapa peningkatan di sisi produksi mobil." (ef)

Sumber : Admin