Inflasi AS Diprediksi Sementara, Rupiah Perkasa ke Rp14.189
Friday, June 11, 2021       16:42 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.189 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (11/6) sore. Posisi tersebut menguat 0,41 persen dibandingkan posisi Kamis (10/6) sore di level Rp14.247 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.206 per dolar AS, atau menguat dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.240.
Sore ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia menguat terhadap dolar AS. Kondisi ini ditunjukkan oleh dolar Singapura menguat 0,10 persen, dolar Taiwan naik 0,28 persen, won Korea Selatan menguat 0,38 persen, dan peso Filipina bertambah 0,12 persen.
Kemudian, yuan China naik 0,07 persen, ringgit Malaysia menguat 0,28 persen, dan bath Thailand naik 0,38 persen. Sedangkan, yen Jepang dan rupee India turun masing-masing 0,15 persen dan 0,02 persen.
Sementara itu, mata uang di negara maju bergerak bervariasi di hadapan dolar AS. Tercatat, poundsterling Inggris turun 0,13 persen dan franc Swiss melemah 0,13 persen. Sedangkan, dolar Australia dan Kanada berhasil menguat masing-masing 0,06 persen dan 0,01 persen.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan kenaikan rupiah bersama sejumlah mata uang asing lainnya dipicu oleh prediksi pasar bahwa inflasi AS hanya bersifat sementara. Hal ini membuat mereka tidak khawatir terhadap pengetatan kebijakan moneter AS.
"Indeks dolar AS melemah terhadap mata uang lainnya karena kenaikan inflasi AS yang sedikit lebih cepat dari perkiraan mendorong investor bertaruh bahwa tekanan harga akan bersifat sementara dan dukungan bank sentral akan tetap ada," ujarnya dalam riset resmi.
Inflasi AS tercatat sebesar 5 persen pada Mei 2021, atau melebihi ekspektasi para analis. Ibrahim menuturkan fokus pasar beralih ke pertemuan bank sentral AS, The Fed pekan depan.
Dari dalam negeri, kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menambah optimistisme pasar. Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK periode Mei 2021 sebesar 104,4, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 101,5.
"IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Jika di atas 100, maka artinya konsumen optimistis memandang perekonomian baik saat ini hingga enam bulan mendatang," ujarnya.
Menurutnya, konsumen yang semakin yakin menjadi indikasi peningkatan konsumsi. Hal ini menguatkan ekspektasi Indonesia lepas dari resesi di kuartal II 2021 ini.
Selain itu, BI juga melaporkan penjualan ritel akhirnya mengalami pertumbuhan untuk pertama kalinya setelah mengalami kontraksi selama 16 bulan beruntun. Penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada April 2021 berada di 220,4. Angka itu, naik 17,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Sumber : CNNINDONESIA.COM