Inflasi Rendah Dongkrak Daya Tarik Obligasi Emerging Market
Friday, November 08, 2019       18:14 WIB

Ipotnews - Keunggulan imbal hasil obligasi  emerging market  terhadap obligasi negara maju semakin meningkat karena didukung dengan rendahnya laju inflasi, sehingga menawarkan hasil investasi tertinggi setelah disesuaikan dengan laju inflasi ( inflation-adjusted return ).
Di tengah banyaknya imbal hasil negatif pada obligasi global, investor melihat faktor risiko berdasarkan kondisi masa lalu suatu negara sebagai pertimbangan. Sebaliknya, laju inflasi yang lambat dinilai sebagai bonus terhadap imbal hasil riil.
"Melimpahnya imbal hasil riil memperkuat posisi obligasi emerging market," kata Takeshi Yokouchi, manajer investasi senior Sumitomo Mitsui DS Asset Management Co., Tokyo.
"Ini saat yang tepat untuk mulai membeli karena inflasi di banyak negara telah melambat dan diharapkan ada lebih banyak penurunan suku bunga di beberapa negara itu," imbuhnya, seperti dikutip Bloomberg, (8/11).
Berikut keunggulan obligasi  emerging market  (EM), berdasarkan penelusuran Bloomberg;
  • Imbal hasil ekstra yang ditawarkan EM dibandingkan negara maju sebesar 302 basis poin pada Oktober, meningkat hampir lima kali lipat sejak 2013
  •  Inflation-adjusted yields  obligasi negara maju berada di dekat level terendah setidaknya sejak 1997. Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa telah melonggarkan kebijakan, sementara itu langkah selanjutnya dari Bank Jepang tampaknya lebih cenderung berupa pelonggaran ketimbang pengetatan kebijakan.
  • Imbal hasil riil obligasi AS berada di level nol, sedangkan untuk imbal hasil obligasi Jerman berada di minus 1,35% dan Jepang di negatif 0,37%
  • Obligasi EM telah naik 1,7% dalam tiga bulan terakhir, di tengah meningkatnya optimisme terhadapkesepakatan perdagangan "fase pertama" AS-China.
  • Dari 24 negara EM dengan imbal hasil riil tertinggi, Indonesia berada di posisi ke-4, dengan imbal hasil riil sebesar 4,01%, dengan return (ytd) sebesar 13,59%.
  • Imbal hasil riil tertinggi diduduki Mesir sebesar 9,42%, diikuti Turki dan Afrika Selatan, masing-masing 5,14% dan 4,84%.

Catatan: Return obligasi tidak memperhitungkan fluktuasi nilai tukar

Sumber : Admin