Investasi Value Stock, Apa Saja yang Perlu Diketahui?
Sunday, December 06, 2020       13:54 WIB

Ipotnews - Istilah " value stock " akhir-akhir ini sering muncul dan diperkirakan akan terus meningkat pemakaiannya dalam banyak artikel. Namun para ahli mengingatkan bahwa ada beberapa faktor kunci yang perlu dipertimbangkan sebelum berinvestasi pada saham-saham dalam kategori  value stock .
Pertama, apa itu  value stock  dan apa artinya berinvetasi pada saham-saham itu?
Teodor Dilov, analis reksadana di platform investasi Inggris Interactive Investor mengatakan, bahwa investasi  value stock  adalah, "tentang berinvestasi pada saham yang kurang dihargai oleh pasar ( undervalued ), dengan keyakinan bahwa nilai intrinsiknya akan bersinar dan diterjemahkan menjadi hasil investasi ( return ) yang mengesankan dalam jangka panjang."
Ada sejumlah alasan mengapa sebuah saham bisa dianggap  undervalued . Bisa jadi sektor yang dimiliki perusahaan sedang menderita akibat dampak penurunan ekonomi, misalnya, atau beroperasi di industri yang dianggap sudah ketinggalan zaman.
Karena itu, banyak  value stock  yang sering kali termasuk dalam apa yang dikenal sebagai industri "siklis", atau industri yang kinerjanya terkait dengan kekuatan pertumbuhan ekonomi.
Penjelasan tentang industri siklikal
Dalam kasus pandemi virus korona, penutupan banyak aspek kehidupan publik dalam upaya mengekang pandemi sangat merugikan bursa saham negara-negara yang terdampak paling parah, seperti di Eropa. Kondisi itu juga memukul harga saham industri tertentu yang terdampak langsung oleh pembatasan, seperti pariwisata dan perhotelan.
Namun, pengumuman tentang prospek vaksin Covid-19 yang efektif telah mengisyaratkan bahwa perekonomian dapat dibuka kembali sepenuhnya, dan bisnis dapat segera kembali beroperasi seperti biasa. Kondisi ini mendorong pemulihan banyak bursa saham dan industri yang terpukul oleh krisis - dan nilai saham yang terkait dengan sektor-sektor industri itu juga diuntungkan.
Menurut data Refintiv, Indeks MSCI World Value telah meningkat lebih dari 10% sejak pengumuman pertama efektivitas vaksin Pfizer dan BioNTech pada awal November lalu. Indeks tersebut mengungguli Indeks MSCI World Growth, yang telah naik sekitar 2,5% dan melacak apa yang disebut " growth stock ".
Investor sering menilai  growth stock  memiliki potensi pendapatan masa depan yang kuat, dibandingkan dengan  value stock.  Selama berlangsungnya pelemahan pasar yang dipicu pandemi,  growth stocks,  seperti raksasa teknologi AS mengalami reli besar-besaran. Namun setelah pengumuman Pfizer,  growth stock  turun dari posisi tertinggi.
Sekarang perhatian pasar beralih ke  value stock , dan beberapa analis berpikir saham ini akan naik lebih tinggi tahun depan.
Tetapi mengingat bahwa gaya investasi ini berarti mempertaruhkan uang kita pada perusahaan yang tidak disukai, hal itu mengharuskan investor untuk "berani dan sabar," kata Russ Mold, direktur investasi di pialang saham Inggris, AJ Bell, kepada CNBC , Minggu (6/12).
Ia merujuk pada penulis keuangan legendaris, Jim Grant: "Investasi yang sukses adalah tentang membuat orang setuju dengan Anda ... kelak."
Jadi, bagaimana untuk mengetahui bahwa investasi yang sekarang ini dilakukan di pasar atau saham akan meningkat nilainya di kemudian hari?
Cara menandai  value stock 
Ada banyak cara bagi investor untuk menilai apakah suatu saham  undervalued.  Salah satu caranya adalah dengan melihat " price-earning ratio " (PER) saham, yaitu harga saham dibagi dengan laba per saham. PER dihitung dengan membagi laba bersih (pendapatan dikurangi biaya) perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Ini dapat membantu investor mengetahui apakah saham suatu perusahaan mahal atau tidak, dibandingkan dengan perusahaan sejenis di sektor yang sama.
Adrian Lowcock, kepala investasi pribadi di platform investasi Inggris Willis Owen mengatakan, ini adalah, "cara yang sangat cepat, dan mudah, untuk mengetahui apakah nilai perusahaan di bawah atau di atas nilai pasarnya, secara rata-rata."
"Rasio harga-buku" adalah alat lain yang digunakan investor. Ini membandingkan bagaimana perusahaan dinilai oleh pasar dengan bagaimana dia dinilai berdasarkan neracanya. Rasio ini dihitung dengan membagi harga saham perusahaan dengan "nilai buku" - nilai semua asetnya dikurangi kewajiban - per saham.
Lowcock merujuk pada nasihat Benjamin Graham, yang merupakan mentor Warren Buffet dan dianggap sebagai "bapak investasi  value stock ." Dalam hal rasio harga-buku, salah satu dari 10 aturan Graham untuk memilih saham adalah bahwa nilai pasar saham tersebut di bawah dua pertiga dari nilai buku dari bisnisnya.
Imbal hasil dari dividen, yaitu pendapatan yang dibayarkan oleh perusahaan sebagai persentase dari harga sahamnya, dapat menjadi indikator lainnya untuk  value stock . Indikator ini dihitung dengan membagi dividen tahunan perusahaan dengan harga saham saat ini. Oleh karena itu, hasil dividen bergerak berlawanan arah dengan saham perusahaan sehingga harga saham yang lebih rendah akan memberikan hasil lebih baik, dan sebaliknya.
Meskipun imbal hasil yang tinggi dapat berarti pendapatan yang lebih tinggi, namun menurut Lowcock, juga bsa berarti bahwa perlu penyelidikan lebih lanjut sebelum berinvestasi. Ia mengatakan, imbal hasil dividen yang tinggi bisa mengindikasikan bahwa hasil tersebut tidak berkelanjutan, tergantung pada alasan di balik jatuhnya harga saham. Bisa jadi harga saham terseret kejatuhan pasar yang lebih luas, dan "itu bisa menjadi tanda sesuatu yang lebih serius."
Mengingat imbal hasil dividen tidak mudah untuk diinterpretasikan, Lowcock menyarankan untuk memahaminya sebagai indikator  value stock  yang mungkin kurang relevan bagi investor pemula.
Perangkap  value stock 
Mengukur apakah suatu saham  undervalues  adalah satu hal, tetapi investor juga perlu mencari tanda-tanda katalis yang berpotensi memutar-balikkan nasib perusahaan di masa depan dan membuat harga sahamnya lebih tinggi.
"Tanpa terjadi sesuatu yang mengubah persepsi pasar tentang saham, saham itu bisa tetap murah atau lebih murah," kata AJ Bell's Mould.
Perubahan strategi perusahaan atau manajemen baru adalah beberapa contoh yang bisa disoroti.
"Mencari pemicu potensial juga akan membantu untuk menandai apakah saham itu merupakan jebakan - saham murah yang pantas menjadi murah karena dapat dilihat bahwa harga saham dan kapitalisasi pasarnya terus turun," tambahnya.
Meskipun sudah mempunyai bekal dasar-dasarnya, Dilov dari Investor Interaktif mengatakan bahwa investasi  value stock   "bisa sangat membingungkan". Oleh karena itu ia merekomendasikan untuk berinvestasi dengan cara ini melalui reksadana, yang dikelola oleh para pemilih saham profesional. ( CNBC )

Sumber : Admin

berita terbaru
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:51 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of TBIG
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:45 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of APIC
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:42 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of ABDA
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:38 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of HOKI
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:35 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of BMSR
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:31 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of BBSS
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:28 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of BBLD
Thursday, Mar 28, 2024 - 19:24 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of ASSA