Investor Bukukan Keuntungan, Minyak Dunia Terjerembab
Friday, January 21, 2022       14:25 WIB

Ipotnews - Harga minyak melemah, Jumat, setelah melesat ke level tertinggi tujuh tahun pekan ini, karena investor mengambil keuntungan menyusul lonjakan stok minyak mentah dan bahan bakar Amerika.
Meski begitu, sentimen secara keseluruhan tetap solid, karena adanya kekhawatiran atas pasokan yang ketat dan risiko geopolitik.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, merosot USD1,52 atau 1,7%, menjadi USD86,86 per barel pada pukul 13.06 WIB, demikian laporan  Reuters,  di Tokyo, Jumat (21/1).
Kontrak tersebut sebelumnya jatuh sebanyaknya 3%, terbesar sejak 20 Desember. Brent menyentuh USD89,50 per barel pada sesi Kamis, level tertinggi sejak Oktober 2014.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melorot USD1,66 atau 1,9%, menjadi USD83,89 per barel. Kontrak WTI sebelumnya anjlok sebanyaknya 3,2%, juga terbesar sejak 20 Desember, setelah melejit ke level tertinggi sejak Oktober 2014 pada sesi Rabu.
Reli harga minyak mentah baru-baru ini tampaknya kehabisan tenaga, Kamis, ketika Brent dan WTI mengakhiri sesi perdagangan dengan kerugian tipis, tetapi kedua tolok ukur melambung lebih dari 10% sepanjang tahun ini.
"Peningkatan tak terduga dalam stok minyak mentah Amerika mendorong investor untuk mengambil keuntungan," kata Tatsufumi Okoshi, ekonom Nomura Securities, menambahkan reli baru-baru ini telah berlebihan.
"Namun, kerugiannya relatif terbatas karena ekspektasi bahwa pengetatan pasokan akan berlanjut di tengah pulihnya permintaan dan ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina dan di Timur Tengah membuat investor berhati-hati dalam melakukan aksi jual."
Persediaan bensin di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar dunia, meningkat 5,9 juta barel ke level tertinggi sejak Februari 2021, menurut Badan Informasi Energi (EIA) AS. Stok minyak mentah naik 515.000 barel pekan lalu, di luar ekspektasi industri.
EIA juga melaporkan sedikit penurunan dalam pengoperasian kilang, menunjukkan permintaan minyak mentah yang lebih rendah.
"Kejatuhan pasar saham di tengah kekhawatiran bahwa Federal Reserve mungkin secara agresif bergerak untuk menaikkan suku bunga tahun ini, juga membebani sentimen," kata Chiyoki Chen, analis Sunward Trading.
Kekhawatiran pasokan minyak meningkat minggu ini setelah kelompok Houthi Yaman menyerang Uni Emirat Arab, produsen terbesar ketiga OPEC , sementara Rusia, produsen minyak terbesar kedua di dunia, menempatkan pasukan di dekat perbatasan Ukraina, memicu kekhawatiran invasi.
Namun, Badan Energi Internasional (IEA), Rabu, mengatakan pasokan minyak akan segera menyusul permintaan karena beberapa produsen bakal memompa di tingkat normal atau di atas level tertinggi sepanjang masa, sementara permintaan bertahan meski varian Omicron virus korona terus menyebar. (ef)

Sumber : Admin