Investor Cemaskan Lonjakan Suku Bunga, Dow Jones Tumbang 469 Poin di Bursa Wall Street
Saturday, February 27, 2021       07:20 WIB

Ipotnews - Bursa saham Wall Street melanjutkan pelemahan pada tutup perdagangan akhir pekan ini. Pelaku pasar di Wall Street berupaya lepas dari tekanan untuk menghilangkan kekhawatiran kenaikan suku bunga yang cepat.
Indeks Dow Jones Industrial Average ( DJIA ) tumbang 1,5 persen (469 poin) ke level 30.932. Indeks S&P 500 tergerus 0,5 persen di posisi 3.811. Sedangkan Indeks Nasdaq melaju 0,6 persen menuju level 13.192. Nasdaq menguat seiring rebound saham-saham teknologi papan atas pasca dilanda aksi jual masif di sesi sebelumnya di tengah melonjaknya yield obligasi USA tenor 10 tahun. Harga saham Microsoft dan Amazon masing-masing naik lebih dari 1 persen.
Ketiga indeks utama Wall Street membukukan pelemaham mingguan seiring ketakutan pada kenaikan suku bunga serta inflasi. Indeks S&P 500 turun 2,5 persen (WoW). Dow Jones berkurang 1,8 persen (WoW) dan Nasdaq kehilangan 4,9 persen (WoW).
Pelemahan di pasar yang lebih luas terjadi bahkan setelah indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi menunjukkan inflasi yang terkendali di bulan Januari. Indeks PCE, yang diawasi oleh Federal Reserve, naik 0,3 persen untuk bulan tersebut, sedikit di atas ekspektasi 0,2 persen tetapi naik hanya 1,5 persen dari tahun ke tahun, sesuai dengan perkiraan Dow Jones.
Imbal hasil obligasi USA tenor 10 tahun turun 10 basis poin ke kisaran 1,42 persen di Jumat pekan ini. Yield tersebut sempat menyentuh level 1,6 persen pada Kamis. Level yield awalnya turun setelah rilis data inflasi, tetapi mantul naik lebih tinggi memicu penurunan intra day indeks utama Wall Street. Bahkan saat yield sedikit rendah, pasar saham gagal menghilangkan kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga dapat menghentikan reli di pasar ekuitas.
"Terlepas dari sifat liar aksi jual obligasi, selisih gap suku bunga kredit masih terkendali tetapi jika gap melebar secara material dan terjadi aksi jual, the Fed dan market akan benar-benar memiliki sesuatu yang perlu dikhawatirkan," kata Quincy Krosby, Analis pada Prudential Financial's.
Suku bunga yang melonjak mengkhawatirkan investor ekuitas dan mendorong Nasdaq Composite ke sesi terburuk sejak Oktober pada hari Kamis. Suku bunga 10 tahun naik lebih dari 50 basis poin sejak awal tahun, kenaikan tajam untuk suku bunga obligasi yang digunakan sebagai patokan untuk suku bunga hipotek dan pinjaman mobil.
Ekonom dan manajer investasi mengatakan pasar obligasi bereaksi terhadap prospek ekonomi positif karena vaksin diluncurkan dan prakiraan PDB membaik, yang seharusnya menguntungkan kinerja emiten. Tapi langkah itu juga bisa menandakan inflasi yang lebih cepat dari perkiraan.
"Jika pasar mulai percaya bahwa Fed entah bagaimana kehilangan kendali atas kemana arah pasar obligasi, semua gagasan tentang taper tantrum akan muncul," kata Art Cashin, analis di UBS, mengatakan Jumat.
Laju kenaikan yang pesat juga berdampak pada berkurangnya minat investor untuk saham yang bernilai tinggi . Suku bunga yang lebih tinggi mengurangi nilai arus kas masa depan sehingga dapat memiliki efek menekan penilaian ekuitas. Lompatan imbal hasil 10-tahun pada hari Kamis juga menempatkannya di atas hasil dividen S&P 500 , yang berarti bahwa ekuitas - yang dianggap sebagai aset berisiko - telah kehilangan premi pembayaran tetap atas obligasi.
Investor mengalihkan uang ke dalam apa yang disebut perdagangan pembukaan kembali, membeli saham perusahaan yang paling diuntungkan dari peluncuran vaksin dan kembali ke tren perjalanan dan makan reguler.
Sektor energi naik 4,3 persen minggu ini, membawa kenaikan selama Februari menjadi lebih dari 21 persen. Energy adalah pemenang terbesar sejauh ini di tengah ekspektasi bahwa konsumen di seluruh dunia akan segera mengemudi dan terbang seperti sebelum pandemi Covid-19. Sektor Keuangan juga melonjak 11 persen bulan ini, diuntungkan dari kenaikan suku bunga.
(cnbc)

Sumber : admin