Investor Hindari Mata Uang Berisiko, "Greenback" Melambung
Tuesday, September 22, 2020       15:56 WIB

Ipotnews - Dolar melambung ke level tertinggi enam pekan, Selasa, memperpanjang kenaikan dari sesi sebelumnya, karena pasar berbalik menghindari risiko atas lonjakan kasus virus dan langkah penguncian yang baru di Eropa.
Saham mengalami tekanan jual pada sesi Senin dan pasar mata uang melihat pergerakan " risk-off ", dengan Indeks Dolar melesat ke level tertinggi dalam enam pekan, demikian laporan  Reuters,  di London, Selasa (22/9).
Meski ekuitas Eropa dibuka lebih tinggi, Selasa, dolar melanjutkan apresiasi dan mata uang berisiko melemah, karena langkah-langkah penguncian yang baru untuk memerangi gelombang kedua infeksi Covid-19 menimbulkan ancaman bagi pemulihan ekonomi global.
Inggris akan melihat pembatasan aktivitas lebih lanjut, meskipun Perdana Menteri Boris Johnson diperkirakan mengumumkan penguncian nasional secara penuh seperti yang diberlakukan Maret lalu.
Di Spanyol, tentara diminta untuk membantu mengatasi lonjakan virus korona di Madrid, sementara pembatasan di negara-negara Eropa lainnya diumumkan pekan lalu.
"Istilah 'gelombang kedua' dan 'penguncian' sudah ada bersama kita untuk sementara waktu, tetapi sejauh ini pasar bereaksi hanya cukup moderat terhadap arus berita negatif tersebut," kata You-Na Park-Heger, analis Commerzbank.
"Namun, karena situasi tersebut tampaknya memburuk, terutama di Eropa, pasar sepertinya semakin gelisah pada tahap ini," kata dia.
Park-Heger mengatakan meski Commerzbank tidak memperkirakan penguncian yang lebih luas, kemungkinan itu dapat membebani sentimen pasar untuk beberapa waktu.
"Koreksi cepat dari pergerakan kemarin tidak mungkin terlihat dalam waktu dekat," ujar dia.
Indeks Dolar (Indeks DXY) naik 0,3% menjadi 93,848 pada pukul 14.39 WIB, mencapai level tertinggi enam pekan di awal perdagangan London.
Mata uang berisiko memperpanjang pelemahan, dengan dolar Australia merosot 0,5% menjadi USD0,7185, tingkat terendah satu bulan. Dolar Selandia Baru turun 0,4% menjadi USD0,6643.
Reserve Bank of Australia mengatakan sedang menilai sejumlah opsi kebijakan termasuk intervensi pasar mata uang dan suku bunga negatif, yang menambah tekanan pada Aussie.
"Ditambah dengan pemilihan presiden Amerika Serikat, November, prospek aset berisiko kemungkinan akan cukup  tricky  untuk beberapa pekan dan bulan mendatang," kata analis ING.
Namun, ING memperkirakan penguatan dolar tidak akan bertahan lama, karena tidak ada masalah terkait likuiditas  greenback  seperti Maret lalu, dan Federal Reserve akan turun tangan jika sentimen risiko jatuh lebih jauh.
"Untuk DXY, kami memperkirakan level 94,00 menjadi resistance kuat pekan ini," kata ING.
Euro turun 0,4% terhadap dolar menjadi USD1,17235.
Crown Swedia dan Norwegia juga jatuh, mencapai level terendah dua bulan di 9,3615 terhadap dolar pada pukul 14.25 WIB, dan juga melemah terhadap euro.
Riksbank Swedia mempertahankan suku bunga tidak berubah di level 0%, seperti ekspektasi, dan mengatakan akan tetap bertahan dalam beberapa tahun mendatang. (ef)

Sumber : Admin