Jelang Momentum Pembagian Dividen, IndoPremier: Buy BMRI, PTRO, GOTO dan XIPI
Monday, February 10, 2025       13:27 WIB

Ipotnews - PT Indo Premier Sekuritas (IndoPremier) memperkitakan, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) secara jangka pendek atau sepanjang pekan ini akan mengalami rebound, setelah minggu lalu berakhir di level 6.742 atau anjlok 5,16 persen dibandingkan sepekan sebelumnya.
Menurut Equity Analyst IndoPremier, Dimas Krisna Ramadhani, di Jakarta, Senin (10/2), saat ini terdapat dua sinyalemen yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG ke depan. Pertama, secara jangka pendek IHSG berpotensi rebound yang ditunjukkan oleh rejection pada Jumat lalu.
Seperti diketahui, akhir pekan lalu (7/2) terjadi rejection pada saat IHSG berada di area support dan membentuk candle hammer, sehingga membuat pergerakan indeks mampu bertahan di area support historikalnya pada kisaran 6.600-6.700. Jika IHSG akan menguat, MA200 weekly dan resistance historikal menjadi target penguatan ke rentang 6.880-6.970.
Sinyalemen kedua, lanjut Dimas, secara jangka menengah IHSG berpotensi melanjutkan pelemahan yang ditunjukan oleh chart weekly-nya dengan target penurunan sementara ke level support terdekat dan sekaligus support kunci di kisaran 6.500-6.600.
Selain itu, lanjut dia, aliran dana asing yang masih konsisten keluar dari IHSG , serta sinyal patah trend di beberapa saham konglomerasi yang selama ini juga menjadi penopang pergerakan IHSG .
Dimas menjelaskan, foreign flow merupakan salah satu indikator yang bersifat leading, artinya sering terjadi ketika investor asing melakukan distribusi (outflow). Dalam jangka pendek terjadi hal-hal random yang akan membuat rancu dan seolah membuat distribusi investor asing tampak normal.
Untuk perdagangan saham periode 10-14 Februari, Dimas menyebutkan bahwa saat ini ada tiga sentimen yang wajib diperhatikan trader, yakni musim pembagian dividen, keberlanjutan program Presiden AS Donald Trump dan inflasi Januari di Amerika.
Terkait dengan sentimen persiapan pembagian dividen, ujar Dimas, pada kondisi market normal biasanya investor asing mulai mencatatkan inflow ke IHSG mulai dari pertengahan Februari, sebagai persiapan momentum pembagian dividen sejumlah saham big banks pada Maret dan April.
Apabila melihat data foreign flow hingga akhir pekan lalu, sejauh ini belum terjadi inflow ke IHSG . Dengan demikian, lanjut Dimas, terdapat kemungkinan untuk tahun ini investor asing tidak mencatatkan inflow sebelum momentum dividen Maret-April.
Namun, kata dia, terdapat kemungkinan investor asing mencatatkan inflow, karena memang secara historikal tahunan, investor asing menjadikan momentum pembagian dividen untuk mencatatkan inflow ke IHSG . Secara time frame, biasanya investor asing melakukan siklus akumulasi atau distribusi selama kurun waktu 3-4 bulan.
"Kesimpulannya, jika kita menganalisa dengan menggunakan probabilitas, maka probabilitas investor asing mulai mencatatkan inflow ke IHSG sebesar 50-50. Hal ini juga sekaligus menggambarkan probabilitas pergerakan IHSG ke depannya. Secara ilmu foreign flow, apabila investor asing memutuskan untuk masuk lagi ke IHSG , IHSG berpotensi mengalami kenaikan, begitupun sebaliknya," papar Dimas.
Sentimen kedua pekan ini, kata dia, terkait dengan keberlanjutan program Trump. Banyak statement maupun kebijakan yang dikeluarkan Trump berdampak signifikan terhadap pergerakan market global. Terakhir, Trump merencanakan untuk menunda kenaikan tarif impor dari Meksiko dan Kanada selama satu bulan, namun tetap menjalankan kebijakan tarif impor terhadap China.
Jumat lalu, berdasarkan laporan dari kantor Kepresidenan AS, Trump akan mengumumkan kebijakan reciprocal tariff pada pekan ini. Jika sesuai laporan tersebut, kemungkinan besar market akan mengalami volatilitas besar.
Sentimen ketiga, yakni data inflasi Januari di AS yang akan diumumkan Rabu pekan ini. Berdasarkan konsensus, AS akan mencatatkan inflasi tahunan 2,9 persen atau sama seperti sebulan sebelumnya.
"Jika melihat tren dalam empat bulan terakhir, inflasi AS konsisten mengalami kenaikan dan menjauhi target inflasi dari the Fed, yaitu sebesar 2 persen. Apabila inflasi terus mengalami kenaikan, kondisi ini membuka peluang bagi the Fed untuk meningkatkan suku bunga acuan dan hal ini tidak sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar yang sebelumnya berekspektasi suku bunga the Fed menurun di 2025," tutur Dimas.
Bercermin pada pada tiga sentimen tersebut, IndoPremier merekomendasikan trader agar mencermati empat Efek berikut ini:
1. Buy (Current Price: 5.150, Entry: 5.150, Target Price: 5.450 (5,83%), Stop Loss: 5.000 (-2,91%), Risk to Reward Ratio 1:2). berpotensi mengalami mark-up, jika IHSG mengalami mark-up pekan ini.
2. Buy on Pullback (Current Price: 2.880, Entry: 2.750, Target Price: 3.200 (16,36%), Stop Loss: 2.650 (-3,64%), Risk to Reward Ratio 1:4,5). berpotensi mengalami mark-up, jika IHSG mengalami mark-up pekan ini. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk trading cepat (scalping) dalam proses mark-up . Selain itu, juga menjadi salah satu saham yang secara tren menjadi leader di sektor energi.
3. Buy (Current Price: 83, Entry: 83, Target Price: 89 (7,23%), Stop Loss: 80 (-3,61%), Risk to Reward Ratio 1:2). menjadi leader di sektor teknologi yang menjadi penopang IHSG pada pekan lalu. memiliki price action yang bagus, dengan masih bertahan di atas MA20 di tengah market yang terkoreksi signifikan. Namun tidak menutup kemungkinan ketika market secara keseluruhan menurun, akan ikut menurun.
4. Buy Reksa Dana Saham Premier ETF PEFINDO i-Grade (). Underlying berisi sejumlah saham perbankan yang berpotensi mengalami mark-up memasuki persiapan musim pembagian dividen. menjadi salah satu produk Power Fund Series (PFS) yang memiliki kinerja baik dalam tiga tahun terakhir. (Budi/ef)

Sumber : Admin