Jelang Pertemuan G-20, China dan Asia Berupaya Perkuat Pertahanan Ekonomi Terhadap Virus
Monday, February 17, 2020       15:18 WIB

Ipotnews - China, Hong Kong dan Singapura menjanjikan tambahan stimulus fiskal ekstra melawan pukulan virus korona terhadap perkeonomian. Langkah tersebut akan menjadi agenda utama dalam pertemuan para pejabat keuangan top dunia anggota G-20, di Riyadh, Arab Saudi, jelang akhir pekan nanti.
IMF menyerukan aksi global terkoordinasi, karena tidak ada gambaran yang jelas tentang apa yang mungkin terjadi di kemuadian hari. Kondisi tersebut menjadi beban G-20 untuk saat ini, termasuk otoritas Cina yang telah diperas oleh perang dagang dengan AS.
Pada Minggu kemarin, China menyatakan akan memberlakukan langkah-langkah stimulus yang lebih efisien meskipun akan menyebabkan pelebaran kesenjangan fiskal, antar alain karena pajak perusahaan yang lebih rendah. Pejabat tinggi keuangan Hongkong mengatakan, dampak viru korona tak ubahnya guncangan "seperti tsunami" yang dapat menyebabkan rekor defisit anggaran. Sejumlah analis memperkirakan, Singapura tengah menuju kesenjangan anggaran terbesar dalam hampir dua dekade.
"Meskipun akan terjadi penurunan pajak besar-besaran dan tantangan peningkatan biaya dalam jangka pendek, negara harus mempunyai pandangan jangka panjang dan mengambil langkah tegas untuk menerapkan pemotongan pajak dan biaya," tulis Menteri Keuangan China, Liu Kun di majalah Partai Komunis China, Qiushi.
Politbiro partai mendesak pemerintah China untuk memenuhi target ekonominya tahun ini, memberi sinyal adanya potensi stimulus skala besar ketika para pembuat masih mempertimbangkan kebijakan yang tepat.
Serangan wabah virus yang telah mematikan perdagangan dan memutus rantai pasokan, memaksa para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G-20 yang akan berkumpul di Riyadh pada Sabtu mendatang untuk membahas risiko melonjaknya risiko terhadap pertumbuhan global. HSBC Holdings Plc dalam laporan terbarunya memangkas prospek global untuk tahun 2020 menjadi 2,3% dari 2,5%.
Meskipun People's Bank of China telah menyediakan likuiditas dan bank sentral Filipina, Thailand dan Malaysia telah memangkas suku bunga, sebagian besar bank sentral besar belum mengisyaratkan rencana pelonggaran.
Pimpinan Federal Reserve AS Jerome Powell pekan lalu mengatakan bahwa apa pun dampak virus korona terhadap ekonomi AS akan segera muncul dalam data ekonomi. Tapi ia tak dapat memastikan apakah itu akan mengarah pada perubahan yang bersifat "material" dalam prospek ekonomi AS.
Di Hong Kong, dampak ekonomi dari virus korona telah memperburuk resesi yang berakar pada krisis politik yang memicu gelombang protes pro-demokrasi pada tahun lalu.
Wabah virus korona, telah melanda industri ritel, makanan dan minuman dan terkait pariwisata, serta menimbulkan guncangan yang dapat menyebabkan angka pengangguran "memburuk dengan cepat," kata Sekretaris Keuangan Paul Chan, dalam blognya, yang dikutip Bloomberg, Senin (17/2).
Survei ekonom Bloomberg mengestimasikan. kesenjangan fiskal Singapura dapat melebar ke 1,5% dari produk domestik bruto mulai 1 April mendatang, tertinggi sejak 2001.
Negara kota itu, telah kehilangan sebanyak 20.000 wisatawan per hari karena pembatasan, akan mendapatkan paket langkah-langkah anggaran "kuat" pekan ini, ujar Menteri Lawrence Wong, ketua bersama satgas penanggulangan virus pemerintah, dalam sebuah wawancara.
Dengan jumlah kasus infeksi virus korona di China yang mendekati 70.000 hingga kahir pekan kemarin, dan peningkatan angka kematian lebih dari 1.660, wabah viru korona menjadi topik pada konferensi keamanan internasional di Jerman.
China memiliki "banyak ruang fiskal," Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan pada pertemuan di Munich. "Diperlukan analisis  bottom-up  sehingga kita dapat menyetujui sinkronisasi langkah-langkah, atau bahkan lebih baik, untuk melindungi ekonomi dunia dari guncangan yang lebih serius." (Bloomberg)

Sumber : Admin