Jelang Rilis BI Rate, Rupiah Dalam Tekanan
Thursday, September 17, 2020       12:42 WIB

Ipotnews - Nilai tukar rupiah melemah pada saat penutupan perdagangan sesi siang hari ini. Pelaku pasar masih menunggu hasil pertemuan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan yang akan diumumkan pada hari ini.
Mengutip data Bloomberg saat penutupan sesi I, Kamis (17/9), kurs rupiah berada pada level Rp14.858 per dolar AS. Posisi tersebut melemah 15 poin atau 0,10% dibandingkan penutupan perdagangan Rabu sore (16/9) di level Rp14.843 per dolar AS.
Kepala Riset PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan, pelaku pasar masih harap-harap cemas menanti hasil keputusan BI terkait suku bunga acuan atau BI 7-day reverse repo rate. Hari ini BI menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) dan akan mengeluarkan keputusan mempertahankan atau menurunkan.
"Kemungkinan besar BI memang akan tetap mempertahankan suku bunga acuan," kata Ariston saat dihubungi Ipotnews, Kamis.
Pelaku pasar, menurut Ariston, sebetulnya berharap ada stimulus moneter lanjutan. Bisa berupa penurunan suku bunga acuan atau penurunan rasio Giro Wajib Minimum (GWM). "Ini penting agar pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tertekan bisa didorong naik lebih tinggi lagi," ujar Ariston.
Selain itu, keputusan bank sentral AS, The Federal Reserve juga berdampak positif pada kepercayaan investor akan pemulihan ekonomi AS. Minat terhadap aset-aset berisiko, termasuk mata uang rupiah, cenderung berkurang.
"Itu juga berkontribusi pada pelemahan rupiah hari ini," tutup Ariston.
Sebagaimana diketahui, dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal ( FOMC /Federal Open Market Committee) Rabu (16/9), The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di nol persen hingga 0,25 persen hingga kondisi ekonomi stabil kembali.
"Komite mempertahankan kisaran target ini sampai kondisi pasar tenaga kerja mencapai tingkat yang konsisten dan inflasi mengalami peningkatan hingga 2 persen atau lebih dalam beberapa waktu," kata Ketua Federal Reserve Jerome Powell.
Powell juga mengatakan, target inflasi ditargetkan berada pada level di atas 2 persen untuk menjaga rata-rata inflasi secara jangka panjang. Federal Reserve juga akan meningkatkan kepemilikan asset berupa sekuritas Treasury dan sekuritas berbasis hipotek lembaga. Peningkatan kepemilikan asset dilakukan untuk mempertahankan fungsi pasar yang lancar dan membantu mendorong kondisi keuangan yang akomodatif. Dengan kebijakan ini, diharapkan dapat mendukung aliran kredit ke rumah tangga dan bisnis.
Powell mengakui pemulihan ekonomi AS akan sangat bergantung pada penyebaran virus Covid-19. Krisis kesehatan masyarakat yang sedang berlangsung akan terus membebani kegiatan ekonomi, lapangan kerja, dan inflasi dalam waktu dekat, dan menimbulkan risiko yang cukup besar terhadap prospek ekonomi dalam jangka menengah.
(Adhitya)

Sumber : Admin