KIlas Emiten: WSBP, MEDC, ADRO, dan BEST
Thursday, January 03, 2019       08:42 WIB

Ipotnews - Kilas emiten berikut layak diperhatikan sebelum memulai transaksi hari ini, Kamis (3/1):
1. PT Waskita Beton Precast Tbk () mengantongi kontrak baru Rp6,66 triliun sepanjang Januari 2018 hingga Desember 2018. Pihak manajemen mengungkapkan perseroan berhasil memenuhi target kontrak baru yang dibidik pada 2018. Emiten berkode saham itu mengumpulkan Rp6,664 triliun sepanjang tahun lalu. Awalnya, entitas anak itu menargetkan kontrak baru Rp11,52 triliun. Akan tetapi, jumlah itu diturunkan menjadi Rp8,3 triliun. Setelah merevisi target menjadi Rp8,3 triliun, kembali menurunkan target kontrak baru menjadi Rp6,6 triliun. Hal itu sejalan dengan tender beberapa proyek utama yang diundur. Untuk periode 2019, manajemen menyatakan bahwa akan membidik nilai kontrak baru Rp10,39 triliun. Pekerjaan baru yang diincar berasal baik dari internal maupun eksternal.
2. PT Medco Energi Internasional Tbk () melalui anak usaha, Medco Energi Global Pte. Ltd., melirik kepemilikan saham di perseroan eksplorasi, dan produksi hulu migas, yang tercatat di Bursa Efek London, Ophir Energy Plc. Per 31 Desember 2018, belum terdapat nilai tawaran yang diajukan, jumlah dana yang disediakan, jumlah efek yang akan dibeli, dan hubungan pihak-pihak yang bertransaksi. Tujuan dari pembelian efek tersebut yakni pengembangan usaha. Medco Energi Global Pte. Ltd. (MEG) memiliki waktu sampai dengan 28 Januari 2019, pukul 17.00 waktu London, untuk melakukan pengumuman atas keputusan untuk melakukan atau tidak penawaran untuk membeli saham Ophir.
3. PT Adaro Energy Tbk () membagikan dividen interim senilai US$75.167.010,79 atau setara dengan Rp1,087 triliun dari perolehan laba bersih per September 2018, sehingga total dividen interim mencapai Rp1,087 triliun. Dividen interim dibagikan untuk 31.985.962.000 (31,98 miliar) lembar saham. Jumlah itu setara dengan US$0,00235 per lembar atau Rp33,99 per lembar saham. Sementara itu, pada periode 9 bulan pertama 2018, laba bersih Adaro mencapai US$312,71 juta. Nilai itu menurun 16,04% year on year (yoy) dari sebelumnya US$372,45 juta. Manajemen menyampaikan bahwa kenaikan beban pokok disebabkan peningkatan biaya penambangan seiring dengan penambahan volume pengupasan lapisan penutup. Selain itu, harga bahan bakar minyak memanas, dan pembayaran royalti ke pemerintah meningkat karena kenaikan harga jual rata-rata. Per September 2018 mencatatkan kenaikan pendapatan usaha sejumlah US$2,66 miliar. Nilai itu meningkat 9,35% yoy dari sebelumnya US$2,44 miliar. Bisnis pertambangan dan perdagangan batu bara berkontribusi 92,54% dari total pendapatan atau sejumlah US$2,47 miliar. Pasar ekspor berkontribusi US$2,04 miliar, sedangkan pasar domestik US$633,73 juta.
4. PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk () berhasil mengantongi dana senilai Rp1,04 triliun dari penjualan lahan industri seluas 34,5 ha pada 2018. Perseroan menyatakan bahwa penjualan lahan industri pada tahun lalu sejalan dengan target yang ditetapkan yakni sekitar 35 ha. Jumlah inquiry atau permintaan lahan industri pada 2018 cukup meningkat yakni mencapai 88 ha, atau naik dibandingkan dengan 2017 sebesar 78 ha. Perseroan melakukan pembelian lahan industri untuk kebutuhan ekspansi seperti membangun pabrik baru. Di tengah momentum membaiknya kondisi ekonomi domestik, emiten kawasan industri ini yakin bahwa ekspansi perusahaan akan semakin meningkat. Sampai dengan September 2018, cash flow yang dimiliki senilai Rp314,13 miliar. Selama 9 bulan 2018, berhasil mengantongi penjualan senilai Rp520,62 miliar, atau turun 18,54% year on year dari posisi Rp639,08 miliar. Maka laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga September 2018 senilai Rp153,44 miliar, turun dari posisi Rp283,21 miliar.

Sumber : admin