Kasus Virus Corona Global Masih Mengkhawatirkan, Rupiah Terjungkal
Wednesday, April 21, 2021       12:51 WIB

Ipotnews - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kasus infeksi virus corona meningkat di seluruh wilayah di dunia kecuali Eropa. Kondisi ini menjadi sentimen negatif yang membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Rabu (21/4) pukul 12.00 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan pada level Rp14.544 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan pelemahan 46 poin atau 0,32% dibandingkan dengan penutupan pasar spot pada Selasa sore kemarin (20/4) di level Rp14.497 per dolar AS.
Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk (), Reny Eka Putri mengatakan bahwa kurs rupiah melemah karena kekhawatiran pelaku pasar akan lonjakan penyebaran virus corona secara global. "Akibatnya pemulihan ekonomi dunia dikhawatirkan akan mengalami hambatan," kata Reny saat dihubungi Ipotnews, Rabu siang.
Menurut laporan WHO, India menjadi negara dengan peningkatan kasus Covid-19 tertinggi di dunia hingga diibaratkan sebagai tsunami Covid-19. Lebih dari sepekan terakhir, India terus melaporkan infeksi baru lebih dari 200 ribu kasus setiap hari. Sejumlah negara di Asia khawatir dengan lonjakan kasus yang terjadi di India.
Dikutip dari situs worldometers, laporan India hari ini tercatat ada 294.290 kasus baru, atau menyumbang setengah dari total infeksi baru di Asia. Secara global, penambahan kasus baru Covid-19 sebanyak 821.505 kasus.
Infeksi baru dalam 24 jam terakhir paling banyak terjadi di Asia dengan jumlah 446.237 kasus. Selain India, Turki juga tengah alami lonjakan kasus dengan melaporkan 61.028 infeksi, sedikit lebih banyak dari laporan Amerika Serikat (60.282 kasus).
Selain itu, faktor negatif dari dalam negeri yang memperlemah kurs rupiah hari ini adalah adalah langkah Bank Indonesia yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo, langkah ini dilakukan seiring dengan pemantauan terhadap indikator-indikator perekonomian.
"Kami sampaikan, memang proyeksi turun tapi trennya akan terus naik berlanjut di kuartal-kuartal selanjutnya," kata Perry dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (20/4).
Perry mengatakan perekonomian masih akan menunjukan pemulihan yang berkelanjutan. Ini ditunjang oleh berbagai kebijakan seperti akselerasi di sisi fiskal juga perbaikan ekspor yang mendukung pertumbuhan Produk Domestik Bruto lebih lanjut.
Berbagai indikator pertumbuhan terus menunjukan tren peningkatan. Namun demikian, kata Perry, realisasi indikator konsumsi tidak setinggi yang diperkirakan sebelumnya sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 pun diturunkan menjadi 4,1% - 5,1% dari sebelumnya 4,3% - 5,3%.
(Adhitya)

Sumber : Admin