Kasus Covid-19 Melonjak Lagi di Eropa dan AS, Rupiah Tutup Pekan Dengan Melemah Tipis
Friday, October 16, 2020       16:16 WIB

Ipotnews - Jumlah kasus Covid-19 kembali melonjak di AS dan Eropa, memberi sentimen negatif ke aset berisiko, termasuk rupiah yang mengalami pelemahan tipis di akhir pekan, Jumat (16/10).
Mengutip data Bloomberg, Jumat (16/10), kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.697 per dolar AS atau melemah 7 poin atau 0,05% dibandingkan penutupan perdagangan pasar spot pada Kamis sore (15/10).
Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan faktor pertama yang membuat rupiah terdepresiasi adalah jumlah kasus Covid-19 yang melonjak di Eropa dan AS. Bahkan beberapa negara Eropa, seperti Inggris dan Prancis, menerapkan pembatasan baru untuk mengekang penyebaran virus mulai Jumat. Wlyah Midwest AS juga mengalami lonjakan jumlah kasus COVID-19 karena suhu turun.
Lonjakan kasus di kedua sisi Atlantik memicu kekhawatiran pelaku pasar akan lockdown baru dan kekhawatiran atas dampak merugikan pada pemulihan ekonomi. "Ada lebih dari 7,9 juta kasus di AS dan lebih dari 38,8 juta kasus di seluruh dunia, pada 16 Oktober, menurut data Universitas Johns Hopkins," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis.
Faktor kedua, Presiden Donald Trump pada hari Kamis (15/6) menawarkan untuk menaikkan jumlah bantuan pada paket stimulus USD1,8 triliun yang dia usulkan pada awal minggu. Tawaran Trump ditolak oleh Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell, yang khawatir Partai Republik tidak akan menyetujui kenaikan harga. Menteri Keuangan Steven Mnuchin juga memberi tahu Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nancy Pelosi pada hari yang sama bahwa Trump secara pribadi akan melobi untuk meminta Senat Republik yang enggan berada di balik kesepakatan apapun yang dicapai.
"Namun, investor terus meragukan kesepakatan yang terwujud sebelum pemilihan presiden 3 November," ujar Ibrahim.
Dari dalam negeri, ada faktor positif yang membuat penurunan rupiah tak dalam, yakni pernyataan Bank Dunia yang ikut mengomentari Omnibus Law UU Cipta Kerja. Bank Dunia menilai beleid sapu jagat tersebut merupakan upaya reformasi besar-besaran untuk menjadikan Indonesia lebih berdaya saing dan mendukung aspirasi jangka panjang bangsa untuk menjadi masyarakat yang sejahtera.
"Penghapusan pembatasan yang berat pada investasi menandakan bahwa Indonesia terbuka untuk bisnis. Sehingga, beleid tersebut dinilai dapat membantu menarik investor, menciptakan lapangan kerja dan membantu Indonesia memerangi kemiskinan," tutup Ibrahim.(Adhitya)

Sumber : admin