Ipotnews - Dolar AS jatuh secara luas, Senin, di tengah harapan serangan yang dipimpin Amerika terhadap Suriah tidak akan menyebabkan eskalasi berkepanjangan, menghidupkan kembali selera untuk saham dan aset berisiko lainnya, serta memacu investor untuk mengurangi kepemilikan  greenback .
Data pemerintah yang menunjukkan  rebound  dalam penjualan toko Amerika Serikat untuk periode Maret gagal mengangkat dolar AS, yang sudah tertekan oleh kekhawatiran atas perang dagang antara AS dan China, dua ekonomi terbesar dunia.
Perkiraan awal penjualan ritel dan jasa makanan Amerika sepanjang Maret mencapai USD494,6 miliar, naik 0,6 persen dari bulan sebelumnya dan mengalahkan konsensus pasar, menurut Departemen Perdagangan, Senin.
"Aksi tersebut mungkin lebih terbatas ketimbang perkiraan sebelumnya dan itu membantu sentimen pasar," ujar Eric Viloria, analis Wells Fargo Securities di Stamford, Connecticut, mengenai serangan rudal akhir pekan lalu terhadap Suriah, demikian laporan  Reuters  dan  Xinhua , di New York, Senin (16/4) atau Selasa (17/4) pagi WIB.
Amerika Serikat, Inggris dan Prancis mengatakan pengeboman itu ditujukan pada tiga fasilitas senjata kimia sebagai balasan atas dugaan serangan gas beracun di Douma oleh rezim Assad.
Dan untuk saat ini, tiga negara Barat itu mengisyaratkan tidak akan melakukan serangan lebih lanjut.
Indeks Dolar AS, yang melacak  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama, turun 0,39 persen, menjadi 89,452. Indeks tersebut mencapai level terendah dua minggu di posisi 89,355 pekan lalu.
Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi USD1,2377 dari USD1,2334, dan poundsterling menguat jadi USD1,4328 dari USD1,4243 di sesi sebelumnya. Dolar Australia naik ke posisi USD0,7778 dari USD0,7761.
Sementara itu, dolar AS dibeli 107,09 yen, lebih rendah dari 107,46 yen pada sesi sebelumnya. Kurs  greenback  melemah jadi 0,9599 franc Swiss dari 0,9622 franc Swiss, dan turun ke level 1,2571 dolar Kanada dari 1,2614 dolar Kanada. (ef)

Sumber : Admin