Kelesuan Harga CPO Tekan Kinerja, Kata Analis AALI Tetap Prospektif
Tuesday, July 30, 2019       17:52 WIB

Ipotnews - Kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk () pada kuartal kedua 2019 (2Q19) tertekan seiring kenaikan opex dan pajak.
Laba bersih hanya sebesar Rp6,3 miliar, turun signifikan sebesar 83 persen (QoQ)) dan turun 99 persen (YoY). Penurunan signifikan ini akibat harga jual rendah serta naiknya beban opex dan pajak.
Sementara secara kumulatif, laba bersih hingga semester pertama (1H19) menjadi Rp44 miliar atau turun 94 persen (YoY) seiring turunnya pendapatan sebesar 5,5 persen (YoY). Sedangkan beban pokok penjualan naik 5,8 persen (YoY) karena faktpr biaya persediaan yang tinggi.
Pajak pendapatan naik menjadi 60 persen pada 1H19 dari sebelumnya 27 persen saat periode 1H18.
"Laba bersih Rp44 miliar pada semester pertama 2019 hanya 3 persen dari estimasi para analis," kata Analis Indo Premier Sekuritas, Frederick Daniel Tanggela seperti dikutip dari risetnya yang dirilis, Selasa (30/7).
Harga Minyak Sawit
Kenaikan produksi kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia telah menekan harga minyak sawit (CPO) pada 1H19.
Harga CPO untuk kontrak pengiriman 3 bulan ke depan di bursa Malaysia turun 1,2 persen (QoQ) dan 17 persen (YoY) menjadi 1.978 ringgit malaysia (MYR) per ton pada 2Q19.
Sementara harga pada 1H19 turun 18 persen (YoY) menjadi MYR 1.990 per ton. Tetaou harga kelapa sawit rebound dalam beberapa pekan terakhir (sekarang MYR 2.061 per ton). Hal ini karena persediaan di Malaysia diperkirakan turun terus menjadi sekitar 2,4 juta ton dari kira-kira 3,2 juta ton di awal tahun ini.
Situasi Industri
Dengan hasil pelemahan kinerja tersebut, harga saham perseroan menjadi tertekan.
"Kami mencatat akan membukukan laba negatif bila harga minyak sawit turun terus di bawah 1.950 ringgit per ton," ujar Frederick.
Namun menurut Frederick, koreksi saham pasca pengumuman kinerja yang melemah tersebut sebagai peluang beli. "Kami tegaskan pandangan positif jangka panjang pada sektor ini karena Malaysia mewajibkan B10 bagi sektor transportasi dan Indonesia berencana menerapkan wajib B30 pada 2020," katanya. Kebijakan ini diperkirakan menciptakan tambahan demand sekitar 3,8 juta ton per tahun.
Valuasi
Indo Premier Sekuritas menurunkan proyeksi laba sebesar 38 persen pada 2019 dan 26 persen di tahun 2020 seiring perkiraan harga minyak sawit turun sekitar 11 persen pada 2019-2020.
Harga patokan CPO diproyeksikan juga turun menjadi MYR2.050 per ton (dari MYR 2.400 per ton) pada 2019 dan MYR 2.400 per ton (dari MYR 2.700) pada 2020.
Tetapi seiring prospek jangka panjang sektor sawit yang dipertahankan positif, maka proyeksi harga minyak sawit dipertahankan sebesar MYR 2.800 per ton.
Indo Premier merekomendasikan Buy saham dengan potensi kenaikan 11 persen dengan target price turun menjadi Rp11.200 per saham dari sebelumnya Rp12.000/saham.
(Riset Indo Premier Sekuritas)

Year To 31 Dec

2017A

2018A

2019F

2020F

2021F

Revenue(RpBn)

17,306

19,084

16,420

18,633

21,490

EBITDA(RpBn)

3,914

3,229

2,218

3,455

4,784

EBITDA Growth (%)

13.7

(17.5)

(31.3)

55.8

38.4

Net Profit(RpBn)

1,968

1,439

831

1,601

2,435

EPS (Rp)

1,023

747

432

832

1,265

EPS Growth (%)

(1.9)

(26.9)

(42.3)

92.7

52.1

Net Gearing (%)

19.8

24.0

18.2

18.5

17.6

PER (x)

9.9

13.5

23.4

12.1

8.0

PBV (x)

1.0

1.0

1.0

0.9

0.8

Dividend Yield (%)

5.1

4.3

1.5

1.3

3.2

EV/EBITDA (x)

5.9

7.5

10.4

6.8

4.9

 Source: , IndoPremier   ; Share Price Closing as of : 29 July 2019 


Sumber : admin