Kemarau Panjang, Produksi Sawit Bakal Merosot Jangka Pendek-Menengah
Tuesday, August 20, 2019       16:12 WIB

Ipotnews - Industri besar kelapa sawit memperkirakan pertumbuhan produksi kelapa sawit bakal terpukul dalam jangka pendek hingga menengah, seiring kekeringan yang melanda wilayah Indonesia sehingga mengganggu pematangan buah dan menekan produksi.
Seperti diketahui, kekeringan melanda sebagian besar wilayah Indonesia yang merupakan produsen sawit terbesar, akibat El Nino ringan yang memperparah musim kemarau yang puncaknya diperkirakan akan berlangsung dari pertengahan Agustus hingga pertengahan September. Jumlah kebakaran lahan dan hutan juga meningkat di sekitar dan areal perkebunan.
Empat dari tujuh perkebunan yang disurvei Reuters mengaku memperoyeksikan produksi kuartal ketiga dengan rata-rata pertumbuhan lebih lambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, karena sudah terlihat perlambatan pematangan buah. Namun, tiga perusahaan perkebunan mengaku dampak kekeringan baru akan terlihat dalam paruh pertama tahun depan.
"Kekeringan yang berkepanjangan biasanya menyebabkan produksi tandan buah segar lebih rendah dan dapat menekan ekstraksi minyak sawit selama panen dalam 6-12 bulan ke depan,'' ungkap kata Pinta S Chandra, Investor Relations Sinar Mas Agribusiness and Food, dikutip Reuters, Selasa (20/8).
Seorang manajer perkebunan yang tak mau disebutkan namanya menyatakan kondisi saat ini sudah sangat kering, meski belum separan saat El Nino 2015. "(Saat ini) Sudah sangat kering," ujar dia.
El Nino, fenomena pemanasan perairan di Samudra Pasifik Timur, membawa cuaca kering di Asia Tenggara dan menurunkan hasil kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia. Setelah El Nino 2015, produksi Asia Tenggara jatuh pada tahun berikutnya sementara harga naik lebih dari 3.000 ringgit.
"Cuaca akan mempengaruhi produksi pada kuartal ketiga, tetapi kami tidak merevisi target produksi," kata Tofan Mahdi, Senior Vice-President - Communications, PT Astra Agro Lestari.
Perusahaannya, kata Tofan, memperkirakan produksi minyak sawit yang lebih rendah tahun ini dari 1,94 juta ton tahun lalu.
Harga minyak sawit mentah Indonesia juga telah naik hampir 10% sejak awal Juli, dengan harga terakhir USD500 per ton pada hari Senin kemarin.
Meski demikian, sejumlah perusahaan memperkirakan dampak kemarau panjang baru akan terlihat pada paruh pertama 2020. "El Nino tak akan berdampak pada produksi tahun ini, tetapi panen tahun depan," kata Mukti Sardjono, Direktur Eksekutif GAPKI. "Produksi tahun ini diperkirakan akan lebih tinggi dari 2018, meski kenaikan secara tahunan tak setinggi 2018," tambahnya.

Sumber : admin