Kementerian ESDM Ungkap Penyebab Smelter ANTM Belum Berproduksi
Tuesday, October 26, 2021       14:45 WIB

Ipotnews - Kementerian ESDM (Energi Sumber Daya Mineral) mengkonfirmasi bahwa salah satu smelter yang dibangun oleh PT Antam (Persero) Tbk () memang mengalami kendala pasokan listrik. Akibatnya smelter yang dibangun dengan biaya Rp3,5 triliun ini hingga kini belum dapat berproduksi.
Dirjen Mineral dan Batubara (Minerba), Ridwan Djamaluddin, mengatakan bahwa saat ini progres pembangunan pabrik pemurnian feronikel di Halmahera Timur, Maluku Utara ini telah mencapai 97,7 persen. Untuk menyelesaikan persoalan ini, Kementerian ESDM terus mendorong agar dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN segera melakukan perundingan untuk mencapai kesepakatan sehingga aliran listrik bisa terpenuhi. Dengan begitu diharapkan smelter ini segera berproduksi maksimal akhir tahun 2021 ini.
"Pembangunan smelter Antam sudah selesai secara fisik tapi pasokan listrik belum ada sehingga belum bisa beroperasi, kami sedang mengupayakan agar Antam segera kerja sama dengan PLN untuk segera diselesaikan," kata Ridwan dalam konferensi pers virtual, Selasa (26/10).
Ridwan menambahkan bahwa tahun ini ditargetkan empat smelter bisa selesai dibangun dan beroperasi. Selain smelter milik , tiga smelter lain yang sudah selesai dibangun adalah PT Smelter Nikel Indonesia di Banten, PT Cahaya Modern Metal Industri dan PT Kapuas Prima Citra. Meski telah selesai namun hanya ada satu smelter yang sudah mulai beroperasi karena tiga smelter lainnya masing-masing memiliki hambatan.
"Dari empat smelter ini hanya smelter punya PT Cahaya Modern Metal Industri (di Banten) yang telah selesai dibangun dan telah melakukan produksi," sambungnya.
Untuk PT Smelter Nikel Indonesia di Banten meski telah selesai dibangun namun belum bisa melanjutkan produksi dan hanya sebatas uji coba produksi. Hal itu karena perusahaan ini kekurangan pembiayaan untuk memulai produksi secara terus menerus. Kemudian untuk PT Kapuas Prima Citra di Kalimantan Tengah telah terbangun 99,8 persen dan saat ini sedang menunggu tenaga ahli dari China untuk melakukan produksi.
"Harusnya keempat smelter itu selesai dan berproduksi di tahun 2021 namun beberapa mengalami kendala, untuk Smelter Nikel Indonesia ada kendala finansial dan masih perlu dukungan pendanaan dari institusi keuangan," pungkas dia.
(Marjudin)

Sumber : Admin