Ketegangan Amerika-China Lambungkan "Greenback", Yuan Terpuruk
Friday, May 22, 2020       13:55 WIB

Ipotnews - Dolar menguat terhadap mata uang utama, Jumat, karena kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan diplomatik antara Amerika Serikat dan China mendukung permintaan  safe-haven  untuk  greenback .
Hubungan China-AS memburuk karena sejumlah masalah, termasuk perlakuan Beijing terhadap bekas koloni Inggris, Hong Kong, dan responsnya terhadap pandemi virus korona, yang menyebabkan keengganan mengambil risiko ( risk aversion ) menyebar.
Ketegangan geopolitik terbaru itu juga melambungkan  safe-haven  yen tetapi mengirim yuan ke level terendah satu setengah bulan dan mengguncang dolar Australia dan Selandia Baru, demikian laporan  Reuters,  di Tokyo, Jumat (22/5).
"Ada masalah antara Amerika Serikat dan China untuk beberapa waktu sekarang," kata Yukio Ishizuki, analis Daiwa Securities di Tokyo.
"Beberapa pemain jangka pendek mengubah posisi dari satu hari ke hari berikutnya, yang membuatnya sulit untuk melihat tren, tetapi secara keseluruhan dolar tampaknya didukung."
Kendati friksi terbaru itu menambah beberapa tekanan pada yuan, mata uang China tersebut juga mendapatkan beberapa dukungan setelah pembuat kebijakan di Beijing meluncurkan langkah-langkah stimulus baru, seperti yang diperkirakan secara luas.
Dolar menguat 0,24% menjadi USD1,0925 per euro, siang ini, menyusul kenaikan 0,3% di sesi sebelumnya. Dolar dibeli 0,9715 franc Swiss setelah membukukan kenaikan terbesar dalam lebih dari dua pekan pada sesi Kamis.
Poundsterling bertahan stabil di posisi USD1,2216 sebelum data yang segera dirilis, yang diperkirakan menunjukkan penurunan penjualan ritel Inggris.
China berencana memberlakukan undang-undang keamanan nasional yang baru di Hong Kong setelah kerusuhan pro-demokrasi tahun lalu, tutur pejabat China, Kamis, berisiko memunculkan gelombang aksi demonstrasi lanjutan di kota tersebut.
Presiden Donald Trump memperingatkan bahwa Amerika akan bereaksi "sangat kuat" terhadap undang-undang tersebut.
Ada risiko bahwa Hong Kong bisa kehilangan sebagian dari ketentuan perdagangan Amerika, yang membantu mempertahankan posisinya sebagai pusat keuangan global.
Washington dan Beijing juga berselisih mengenai akses perusahaan China terhadap teknologi dan kritik atas respons China setelah virus korona muncul akhir tahun lalu di Provinsi Hubei, China tengah.
Ketegangan itu membangkitkan memori tentang perang perdagangan yang berlarut-larut tahun lalu antara kedua negara adidaya ekonomi tersebut, yang mengguncang pasar keuangan global.
Di pasar  onshore , yuan sempat jatuh ke level terendah sejak 2 April sebelum menipiskan pelemahan untuk diperdagangkan pada posisi 7,1210 terhadap dolar.
Perdana Menteri China, Li Keqiang, berjanji akan membelanjakan lebih banyak dana bagi infrastruktur dan langkah-langkah lain untuk mendukung perekonomian, tuturnya di Kongres Rakyat Nasional, Jumat.
China tidak merilis target pertumbuhan untuk 2020, pertama kalinya sejak negara itu mulai menerbitkan target tersebut pada 1990, ketika ekonomi terbesar kedua di dunia itu berupaya bangkit dari virus korona.
Mata uang  antipodean  melanjutkan pelemahan karena sentimen risiko terpukul. Dolar Australia turun 0,49% menjadi USD0,6535, sedangkan dolar Selandia Baru berkurang jadi USD0,6106.
Selandia Baru mempertimbangkan untuk mendistribusikan dana tunai langsung bagi rumah tangga guna membantu ekonomi pulih kembali dari pandemi virus korona, kata Menteri Keuangan, Jumat.
Gagasan transfer dana tunai langsung ke rumah tangga, kadang-kadang disebut  helicopter money , menarik perhatian ketika pandemi tersebut memberikan pukulan terburuk bagi ekonomi global sejak Great Depression pada 1930-an.
Di tempat lain, yen naik tipis menjadi 107,46 per melawan  greenback . Mata uang Jepang itu juga naik 0,6% terhadap Aussie dan menguat 0,4% terhadap kiwi karena arus masuk  safe-haven . (ef)

Sumber : Admin