Kilas Emiten: INTP, PPRE, SMBR, TPIA, dan SGRO
Thursday, August 02, 2018       08:36 WIB

Ipotnews - Berikut kilas emiten yang menarik diperhatikan menjelang transaksi pagi ini, Kamis (2/8):
1. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk () menyebut kenaikan harga batu bara dan gejolak nilai tukar rupiah kian menekan kinerja keuangan perseroan. Kondisi tersebut diperparah dengan penerapan regulasi oversized dan overload yang dinilai menambah beban para produsen. Perseroan menjelaskan ahwa terdapat beberapa penyebab tergerusnya kinerja keuangan perseroan pada semester I/2018. Pertama, kebijakan libur panjang yang menghambat proses pengiriman pasokan. Kedua, adanya kenaikan harga batu bara di atas U$$100 per ton pada kuartal II/2018 ditambah harga bahan bakar minyak yang ikut naik. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar juga membebani perseroan.
2. PT PP Presisi Tbk () memproyeksikan penyelesaian sejumlah proyek infrastruktur akan menjadi katalis kinerja keuangan perseroan pada semester II/2018. Manajemen menjelaskan bahwa perseroan membentuk lini bisnis baru yakni erector pada semester I/2018. Segmen tersebut melayani pembangunan pembangkit listrik yang kian menjamur di dalam negeri. Selain itu, perusahaan telah mengembangkan presisi formwork (preform) yang digarap bersama dengan Kumang Kind Co Ltd, Korea Selatan. Pendapatan civil work memegang peranan terbesar untuk kinerja keuangan semester I/2018 dengan kontribusi 76%. Posisi selanjutnya disusul oleh pendapatan sewa alat berat 11%, ready mix 6%, dan bekisting 5%. Perseroan menyebut nilai kontrak baru yang dikantongi perseroan Rp3,1 triliun pada semester I/2018. Dengan demikian, nilai kontrak dihadapi Rp10,8 triliun sampai dengan 30 Juni 2018.
3. PT Semen Baturaja Tbk () laba bersih tergerus akibat kenaikan biaya bunga serta depresiasi dari pabrik baru yang beroperasi pada semester I/2018. Perseroan menjelaskan bahwa tergerusnya laba bersih perseroan akibat biaya bunga dan depresiasi dari pabrik yang baru beroperasi. Menurutnya, kenaikan biaya bunga dan depresiasi mencapai 60%.
Selain itu, penurunan harga jual masih menjadi penekan kinerja keuangan perseroan. Akan tetapi, emiten berkode saham itu mengklaim telah menerapkan cost leadership initiative dengan target mempertahankan EBITDA margin. Manajemen optimistis dengan kinerja sampai dengan akhir 2018. Pihaknya akan menggenjot volume penjualan dibarengi dengan initiative cost leadership untuk mempertahankan EBITDA.
4. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk () mengantongi pinjaman sebesar US$120 juta dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. melalui Perjanjian Fasilitas Kredit Modal Kerja Berkomitmen, Fasilitas Pembayaran Trade, dan Fasilitas Treasury. Manajemen menyampaikan, fasilitas pinjaman tersebut akan digunakan entitas anak PT Barito Pacific Tbk. untuk memperkuat pertumbuhan bisnis sekaligus memperkuat kinerja usaha. Pinjaman tersebut akan digunakan perseroan untuk pembelian bahan baku dan pemenuhan beberapa kebutuhan modal kerja jangka pendek. Selain itu, emiten dengan sandi tersebut juga akan menggunakan fasilitas pinjaman tersebut untuk mengurangi risiko dari fluktuasi nilai tukar. Untuk membiayai beberapa rencana ekspansi bisnis, perseroan juga telah menandatangani Fasilitas Pembiayan Trade tanpa jaminan, terutama untuk keperluan pembelian bahan baku.
5. PT Sampoerna Agro Tbk () mengestimasi produksi minyak kelapa sawit atau CPO pada semester II/2018 perusahaan tumbuh 30%-40% dari semester sebelumnya. Pada Januari-Juni 2018, perusaaan memproduksi CPO sejumlah 155.216 ton, naik 13,54% year-on-year (yoy)dari sebelumnya 136.707 ton. Diperkirakan jumlahnya bertumbuh 30%-40% pada semester II/2018 menjadi 201.781 ton-217.302 ton. Perseroan mengungkapkan, untuk memacu produksi, perusahaan sudah mengoperasikan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) baru di Kalimantan Barat berkapasitas 30 ton per jam pada Juli 2018. Adanya fasilitas baru menggenapkan pabrik perseroan menjadi 8 PKS dengan kapasitas total 515 ton per jam. Total investasi PKS baru berkisar Rp115 miliar. Kontribusinya sampai akhir 2018 diharapkan sejumlah 30.000 ton dan tumbuh menjadi 100.000 ton pada tahun depan setelah mencapai kapasitas penuh.

Sumber : admin