Kilas Emiten: MEDC, TELE, SSIA, dan TINS
Thursday, September 05, 2019       09:09 WIB

Ipotnews - Kilas emiten berikut menarik diperhatikan untuk menambah referensi transaksi saham hari Kamis (5/9) ini:
1. PT Medco Energi Internasional Tbk ( MEDC ) bertekad untuk terus menurunkan rasio utang. Salah satunya adalah dengan menargetkan penurunan rasio utang terhadap pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) hingga akhir 2019. Sebagai infomasi, per 30 Juni 2019 EBITDA terkonsolidasi MEDC mencapai US$ 343 juta sementara EBITDA Ophir mencapai US$ 450 juta. Di sisi lain, total utang konsolidasi MEDC mencapai US$ 3,5 miliar, naik 32% dibanding semester I-2018 dan utang Pro Forma Ophir mencapai US$ 3,5 miliar naik 32% dibanding semester I-2018. Adapun saldo kas dan setara kas yang dimiliki MEDC pada akhir periode semester I-2019 tercatat sebesar US$ 450,88 juta. Jumlah tersebut meningkat bila dibandingkan posisi kas pada awal periode yang tercatat US$ 418,05 juta.
2. PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk ( TELE ), Emiten distribusi perangkat gawai, membidik dana segar senilai Rp500 miliar untuk membayar ulang (refinancing) utang jatuh tempo dan keperluan belanja modal entitas anak. Perseroan mengumumkan akan melakukan emisi Obligasi Berkelanjutan II Tiphone Tahap II Tahun 2019 dengan jumlah pokok obligasi sebanyak-banyaknya senilai Rp500 miliar. Penerbitan itu merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan II Tiphone dengan target dana yang akan dihimpun sebesar Rp2 triliun. Obligasi Berkelanjutan II Tiphone Tahap II Tahun 2019 akan diterbitkan dengan jumlah pokok sebesar Rp300 miliar. Tenor yang dimiliki adalah 3 tahun terhitung sejak tanggal emisi dan tingkat bunga tetap sebesar 11,50% per tahun. Sementara sisa yang ditawarkan sebanyak-banyaknya Rp200 miliar akandijamin secara kesanggupan terbaik (best effort).
3. PT Surya Semesta Internusa Tbk ( SSIA ), telah memenuhi target marketing sales seluas 15 hektare di Karawang. Dari aksi pemasaran itu, perseroan mengantongi Rp270 miliar. Menurutnya manajemen marketing sales itu, SSIA masih berpotensi mendapatkan tambahan pemasukan dari sisi recurring sebesar Rp200 miliar. Artinya dari penjualan 15,8 hektare tersebut emiten kawasan industry itu dapat tambahan Rp470 miliar. Sebagai informasi, SSIA membukukan marketing sales seluas 8 hektare di Suryacipta Karawang dengan nilai jual ratarata sebesar US$120/m2 per Juni 2019. Lahan seluas 8 Ha itu dijual kepada perusahaan e-commerce, logistik dan informasi teknologi. SSIA pun menargetkan bisa menjual sampai dengan 15 ha tapi tergantung keadaan pasar yang berusaha pulih setelah pemilu. Dengan begitu di akhir tahun perseroan dapat mengantongi US$18 juta.
4. PT Timah Tbk ( TINS ) segera membangun pabrik pengolahan mineral logam tanah jarang atau rare earth di Kepulauan Bangka Belitung. Pembangunan pabrik ini akan dimulai pada kuartal III-2019. Fasilitas pengolahan tersebut akan memisahkan logam tanah jarang dan unsur radioaktif uranium atau thorium dari mineral monasit yang merupakan produk ikutan dalam penambangan bijih timah. Hasilnya adalah senyawa logam tanah jarang berbentuk senyawa karbonat. Untuk membangun fasilitas ini hingga selesai, TINS , anggota indeks Kompas100 ini, menyiapkan anggaran Rp 100 miliar-Rp 200 miliar. Dana tersebut berasal dari penerbitan obligasi dan sukuk yang dilaksanakan TINS belum lama ini. Sebagai informasi, logam tanah jarang yang merupakan produk sampingan dari pengolahan timah ini masih belum termanfaatkan. Namun, varian tertentu dari komoditas mineral ini dimasukkan dalam kategori bahan radio aktif yang pengelolaan dan regulasinya berada di bawah Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Rare earth memang menjadi komoditas penting karena bisa menjadi bahan baku untuk sejumlah industri strategis, seperti peralatan militer dan juga produk elektronika tingkat lanjut. Rare earth juga jadi salah satu isu dalam perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).

Sumber : admin