Kilas Emiten: MTLA, DOID, GGRP, dan INAF
Friday, September 20, 2019       08:55 WIB

Ipotnews - Kilas emiten berikut menarik diperhatikan untuk menambah referensi transaksi saham akhir pekan ini, Jumat (20/9):
1. PT Metropolitan Land Tbk () akan mengebut sisa anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp441 miliar sampai Desember 2019. Perseroan telah menggunakan belanja modal sebesar Rp259 miliar dari total anggaran sejumlah Rp700 miliar. Manajemen mengatakan bahwa sisa belanja modal akan digunakan untuk mengakuisisi lahan di Kertajati, Majalengka. Di luar Kertajati, perseroan juga memiliki landbank seluas 600 ha. Dengan demikian, total cadangan lahan mencapai 800 ha. Adapun anggaran belanja modal yang telah terserap terutama digunakan untuk penyelesaian infrastruktur, apartemen, dan vila yang tengah berjalan. Selain itu, ada pula proyek hotel di Majalengka yang sudah groundbreaking. tengah menggarap proyek kompleks vila di Ubud, Bali, yang ditargetkan kelar pada 2020. Dari total target 62 unit, tercatat 23 unit di antaranya yang sudah selesai.
2. PT Delta Dunia Makmur Tbk () akan mengejar sisa target pengupasan lapisan tanah sebesar 113 juta bank cubic meter (bcm) hingga akhir tahun ini. Perseroan menjalankan usaha tersebut melalui entitas anak yakni BUMA . Manajemen mengatakan per Agustus 2019, BUMA telah mencatat pengupasan lapisan tanah atau overburden removal sebesar 267,3 juta bcm. Jumlah tersebut lebih tinggi 10 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang sekitar 240,57 juta bcm. Sampai dengan tahun berjalan, volume overburden (OB) sekitar 267,3 juta bcm sedangkan produksi batu bara mencapai 33,5 juta ton. Sementara itu, produksi batu bara tumbuh 25 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni sebanyak 25,12 juta ton. Sebelumnya, untuk mengerek kinerja keuangan akan mengoptimalkan usaha di bidang jasa kontraktor pertambangan yang dijalankan oleh BUMA . mengincar pendapatan US$850 juta-US$950 juta pada 2019. Dengan demikian, pertumbuhan yang dibidik perseroan mencapai 6 persen dari realisasi sepanjang tahun lalu, yang senilai US$892 juta.
3. PT Gunung Raja Paksi Tbk () akan bekerja sama dengan perusahaan baja dari China usai resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penandatanganan kerja sama tersebut dijadwalkan pada Oktober 2019 dan kemitraan diperkirakan berjalan efektif pada 2020. Didukung pengalaman perusahaan baja China tersebut, manajemen meyakini kerja sama tersebut akan memberikan efisiensi yang berkelanjutan terhadap produksi baja perseroan. Saat ini, kapasitas produksi baja perseroan mencapai 2,86 juta ton per tahun. Hingga akhir 2019, perseroan menargetkan volume penjualan sebesar 1,25 juta ton. Dengan harga rata-rata baja US$724 per ton, maka penjualan diperkirakan mencapai US$906,92 juta. Adapun laba yang diincar sebesar US$26 juta. Pasar domestik masih mendominasi penjualan, dengan porsi sekitar 96 persen. Sekitar 43 persen di antaranya berasal dari proyek infrastruktur.
4. PT Indofarma Tbk () akan menjadi salah satu emiten farmasi yang akan bergabung dalam holding farmasi yang diproyeksikan pada bulan Oktober 2019. Setelah holding, target pertama yang akan dicapai adalah mencetak laba. Melansir laporan keuangannya di semester I 2019 membukukan rugi bersih sebesar Rp 24,35 miliar padahal pada semester I 2018 mampu mencetak laba Rp 253,19 juta. Manajemen menjelaskan rugi bersih ini terjadi karena penjualan dan collection belum berjalan dengan baik. Dari laba ini juga tercatat penjualan turun minus 12% year on year (yoy) menjadi Rp 368,8 miliar. juga mengelompokkan produk penjualan menjadi tiga yakni farmasi, Diagnostic & Medical Equipment (DME) dan Natural Extract. Herry bilang saat ini sudah memiliki mesin baru untuk produksi yakni mesin DME dan natural extract. Salah satu keunggulan yang dimiliki untuk menguatkan holding farmasi ini adalah menjual produk dari alat kesehatan dan natural extract. Di segmen alat kesehatan sebelumnya telah menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan asal Korea Selatan bernama Korean Medical Devices Support Center (KMD Indonesia). Kerjasama tersebut dilakukan dalam rangka pemasaran, penjualan, distribusi, dan produksi perakitan produk electromedical equipment.

Sumber : admin