Kilas Emiten: PTBA, BSDE, ADHI, dan EMTK
Friday, September 13, 2019       08:56 WIB

Ipotnews - Kilas emiten berikut layak mendapatkan perhatian, sekaligus menambah referensi transaksi saham hari ini, Jumat (13/9):
1. PT Bukit Asam Tbk () menyatakan harga baru bara acuan (HBA) yang terus turun berisiko menekan pendapatan perseroan pada kuartal III/2019. Manajemen mengatakan bahwa keputusan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk menurunkan harga batu bara acuan (HBA) September 2019 ke level US$65,79 per metrik ton dari level US$70 per metrik ton dapat memengaruhi pendapatan perseroan. Dalam rencana kerja dan anggaran biaya ( RKAB ) 2019 akan membidik volume penjualan 27,26 juta ton dan volume produksi 28,38 juta ton tahun ini. Adapun produksi emas hitam perseroan hampir mencapai 13 juta ton pada Januari 2019-Juni 2019. Jumlah tersebut naik 14% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Dari sisi penjualan, perseroan merealisasikan sekitar 13,4 juta ton per akhir Juni 2019. Pencapaian tersebut tumbuh 10% dari periode semester I/2018.
2. PT Bumi Serpong Damai Tbk () akan terus melanjutkan pengembangan proyek-proyek yang telah berjalan di sekitar kawasan Jabodetabek, meskipun adanya wacana pemindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan Timur. Keputusan tersebut diambil lantaran kawasan Jakarta dan sekitarnya masih akan menjadi pusat bisnis di Tanah Air. Seiring dengan perkembangan hunian dan fasilitas yang sangat pesat di BSD City, juga kembali menghadirkan properti baru untuk mendukung kebutuhan-kebutuhan baik hunian maupun komersil, yaitu Icon Business Park 5. juga tengah mengembangkan apartemen Upper West di BSD City dengan konsep Living Hub yang tidak hanya menyediakan kawasan hunian, tetapi juga area komersial, perkantoran serta fasilitas lainnya yang mendukung gaya hidup modern. Dengan komitmen untuk melanjutkan pengembangan usaha tersebut, optimis bahwa kinerja keuangan perusahaan akan terus tumbuh di masa yang akan datang. Adapun, pada semester I-2019 membukukan pendapatan sebesar Rp 3,6 triliun atau naik 15,43% dari periode yang sama tahun lalu (yoy) Rp 3,12 triliun. Kenaikan pendapatan membuat laba bersih melonjak sebesar 411,37% menjadi Rp 2,09 triliun pada semester I-2019 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 409,22 miliar. Kenaikan laba bersih juga dipengaruhi penghasilan lain-lain bersih sebesar Rp 638,82 miliar.
3. PT Adhi Karya (Persero) Tbk () mencatatkan perolehan kontrak baru senilai Rp6,8 triliun hingga Agustus 2019. Kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru pada Agustus 2019, meliputi lini bisnis konstruksi dan energi sebesar 81,3%, properti sebesar 18,4%, dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya. Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru dari Pemerintah sebesar 19,3%, BUMN sebesar 73,6%, dan swasta/lainnya sebesar 7,1%. Adapun dari sisi progres LRT Jabodetabek Tahap I, hingga 6 September 2019, progres pelaksanaan pembangunan prasarana telah mencapai 65,1%. Secara rinci, progres pembangunan untuk lintas pelayanan 1 Cawang-Cibubur 84,6%, lintas pelayanan 2 Cawang-Kuningan-Dukuh Atas 55,0%, dan lintas pelayanan 3 Cawang-Bekasi Timur 58,7%. Adapun, hingga akhir tahun ini menargetkan nilai kontrak baru senilai Rp30 triliun. Dengan demikian, realisasi per Agustus 2019 baru mencapai 22,66% dari target kontrak baru 2019.
4. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk () yakin penataan internal di PT Bukalapak.com akan berdampak positif bagi kinerja saham perseroan. memiliki porsi saham sebesar 35,18% di BukaLapak. BukaLapak pun menjadi kontributor utama pendapatan dari kelompok terafiliasi sebesar 89,75% atau Rp69,76 miliar pada semester I/2019. Adapun total pendapatan dari pihak terafiliasi yang senilai Rp77,72 miliar mencerminkan porsi 1,44% dari total pendapatan konsolidasian perseroan per 30 Juni 2019. Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2019, mencatatkan pendapatan bersih senilai Rp5,40 triliun, naik 31,70% dari posisi Rp4,10 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, seiring meningkatnya beban usaha, perseroan mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar 161,32% menjadi rugi Rp954,07 miliar dari sebelumnya Rp365,09 miliar.

Sumber : admin