Kilas Emiten: SSIA, WIKA, ELSA, dan BUMI
Thursday, August 29, 2019       08:56 WIB

Ipotnews - Kilas emiten berikut menarik diperhatikan untuk menambah referensi transaksi saham hari ini, Kamis (29/8):
1. PT Surya Semesta Internusa Tbk () mengucurkan pendanaan kepada anak usahanya senilai maksimal Rp1,45 triliun untuk pembangunan proyek industri di Subang. Dengan penyaluran pendanaan tersebut, SCS memiliki tambahan dana untuk melakukan akuisisi dan pengembangan tanah di Subang yang diproyeksi memberikan manfaat bagi perseroan di masa mendatang. Sebelumnya, manajemen mengatakan bahwa salah satu strategi perseroan pada semester II/2019 ialah dengan fokus pada pengembangan Kawasan Industri Subang. Kawasan Industri Subang menjadi salah satu proyek strategis perseroan sebab diproyeksikan menjadi kawasan yang akan menopang Pelabuhan Patimban. Target akusisi lahan pada tahun ini sebesar 160 hektare. Adapun, perseroan telah menambah lahan seluas 50 hektare pada semester I/2019.
2. PT Wijaya Karya Tbk () memperoleh tawaran tiga proyek railway dan satu social housing di negara-negara Afrika. Manajemen menjelaskan bahwa dalam pertemuan bilateral di Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue ( IAID ) 2019, Uganda menawarkan proyek railway dengan estimasi panjang 350 km. Penawaran atas ketertarikan serupa juga datang dari Angola yang berencana membangun jalur atau lintasan kereta api sepanjang 400 km. Kemudian Zimbabwe dengan lintasan kereta api sepanjang 98 km dan Somalia untuk pembangunan social housing sebagaimana yang tengah dikerjakan oleh di Aljazair. Masuknya di pasar infrastruktur Afrika sesuai dengan strategi bisnis yang menyasar negara-negara berkembang yang sedang gencar membangun infrastruktur. Bersama dengan INKA dan LEN, membentuk konsorsium Indonesia Railway Development Incorporated for Africa (IRDIA). Konsorsium tersebut tengah menyiapkan perencanaan sinergis strategis guna menangkap dan mengimplementasikan infrastruktur transportasi yang menjadi salah satu fokus pembangunan negara-negara Afrika.
3. PT Elnusa Tbk () tengah mengkaji opsi penerbitan surat utang untuk mendanai rencana ekspansi depo perseroan baik melalui akuisisi maupun penugasan dari induk usaha, PT Pertamina (Persero). Sebagai catatan, melakukan pengembangan segmen bisnis distribusi dan logistik energi. Langkah yang ditempuh yakni dengan melakukan pembelian dan revitalisasi depot liquified petroleum gas (LPG) di Sulawesi Utara. Sebelumnya, perseroan lebih banyak melakukan jasa pengelolaan depot. Kini, perseroan juga membeli, merevitalisasi, serta mengelola depot LPG. Adapun untuk mendanai akuisisi tersebut, perseroan menggunaan pinjaman jangka pendek. Penerbitan obligasi juga akan dilakukan untuk mengganti pendanaan tersebut. Adapun, perseroan berharap mendapatkan kupon dengan kisaran 7,5%-8,5%. Hal itu sejalan dengan peringkat korporasi di level idAA- yang disematkan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk . Seperti diketahui, pada semester I/2019, perseroan mengucurkan belanja modal Rp400 miliar. Selain pembelian depot, perseroan juga berinvestasi dengan membeli peralatan kerja di jasa hulu migas. Dengan realisasi itu, telah merealisasikan 40% dari total dana yang dialokasikan senilai Rp1 triliun pada 2019.
4. PT Bumi Resources Tbk () memproyeksikan kinerja akan membaik pada akhir 2019 apabila harga batu bara mampu menembus level US$85 per ton. Perseroan berharap harga batu bara akan pulih dan perseroan memproyeksikan peluang kenaikan bisa menjadi sekitar US$70 per ton-US$80 per ton. Manajemen menyebutkan bahwa salah satu faktor yang akan mengerek harga batu bara yakni penurunan pasokan karena musim dingin dan musim hujan. Selain itu, pihaknya berharap Amerika Serikat dan China akan menemukan solusi yang lebih baik. Berdasarkan laporan keuangan semester I/2019, perseroan membukukan pendapatan US$481,35 juta. Pencapaian tersebut turun 14,15% dari US$560,72 juta pada semester I/2018. Dari situ, mengantongi laba bersih US$80,67 juta pada semester I/2019. Realisasi tergerus 46,78% dari US$151,72 juta periode yang sama tahun lalu. Sebagai informasi saja, mengincar produksi 88 juta ton hingga 90 juta ton pada 2019. Jumlah tersebut berasal dari PT Kaltim Prima Coal (KPC) 60 juta ton dan PT Arutmin Indonesia (AI) 28 juta ton hingga 30 juta ton.

Sumber : admin