Kilas Emiten: SSMS, ADRO, AALI, PBID, dan MERK
Monday, December 17, 2018       09:21 WIB

Ipotnews - Kilas emiten berikut layak menjadi perhatian untuk menambah referensi sebelum melakukan transaksi hari ini, Senin (17/12):
1. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk () dalam waktu dekat akan meresmikan dan mengoperasikan tiga pabrik kelapa sawit. Terkait dengan kinerja kuartal III-2018, manajemen memperkirakan kinerja akhir tahun bergerak flat seperti kinerja 2017. Untuk diketahui, perang dagang antara China dan Amerika dapat berdampak pada pergerakan harga CPO karena akan membuat pasar relatif tidak pasti dan ragu-ragu. Pada 2018, menyediakan capex Rp 677 miliar. Namun hingga per November 2018 baru terealisasi 43% atau sekitar Rp 291,67 miliar. Capex digunakan untuk mill project Rp 119,42 miliar, bangunan Rp 83,42 miliar, infrastruktur Rp11,40 miliar, kebutuhan kendaraan dan alat berat Rp 53 miliar, mesin serta perlengkapan Rp 19,52 miliar serta perabot senilai Rp 4,9 miliar. Untuk tahun depan, perseroan mengalokasikan capex Rp 550 - Rp 600 miliar untuk menunjung kinerjanya.
2. PT Adaro Energy Tbk () menargetkan dua proyek pembangkit listrik tenaga uap ( PLTU ) bakal rampung dalam tempo dua tahun mendatang. Dua proyek tersebut yakni PLTU yang berlokasi di Batang dan PLTU yang ada di Kalimantan Selatan. Dua proyek ini dikerjakan anak usaha , PT Adaro Power. Sementara untuk proyek pembangkit listrik yang berada di Kalimantan Selatan, pengerjaannya diharapkan rampung pada tahun 2019 nanti. juga telah memulai ekspansi sektor energi baru dan terbarukan (EBT) dengan menggunakan PLTS berdaya 100 KW di wilayah operasi Adaro di Kelanis, Kalimantan Tengah. Listrik itu digunakan untuk keperluan operasional sendiri dan dimaksudkan agar mengerti seluk beluk pemasangan dan pengoperasian PLTS .
3. PT Astra Agro Lestari Tbk () rencana India yang akan menurunkan bea masuk impor minyak sawit alias Crude Palm Oil (CPO) di awal tahun 2019, tak berdampak sama sekali bagi kinerja perusahaan. Alasannya saat ini perseroan belum melirik pasar ekspor. Penjualan pada periode Januari-September 2018 naik 10,16% year on year (yoy) menjadi Rp 13,76 triliun dari Rp 12,49 triliun. Penjualan ditopang oleh produk minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya yang menyumbang 87,55% pendapatan emiten hingga kuartal III 2018. Kemudian produk inti sawit dan turunannya menyumbang 11,34% pendapatan dan produk lainnya sebesar 1,1%. Pelanggan utama dari dicatat adalah PT Musim Mas yang melakukan transaksi hingga Rp 9,42 triliun atau setara 68,44% keseluruhan penjualan .
4. PT Panca Budi Idaman Tbk () siapkan belanja modal atau capital expenditure (Capex) sebanyak Rp 200 miliar di 2019. Dana tersebut disiapkan perusahaan menggunakan dana hasil initial public offering (IPO) di Desember 2017 yang mencapai Rp 318,75 miliar. Hingga kuartal III 2018, capex sudah terserap sebanyak Rp 22,5 miliar, di mana sebanyak Rp 20 miliar digunakan untuk pembelian mesin dan Rp 2,5 miliar untuk pembangunan pabrik baru di Johor, Malaysia. Besarnya capex tahun depan, diakui perusahaan akan digunakan untuk membangun pabrik baru di Johor, Malaysia. Nantinya, dana tersebut selain untuk biaya pembangunan pabrik, juga membeli mesin dan tanah. Harapannya, lewat ekspansi pabrik di Malaysia dapat meningkatkan pangsa pasar ekspor di atas 5%, di mana untuk tahun ini dia mengaku porsinya masih di bawah itu.
5. PT Merck Tbk () membukukan pertumbuhan laba 563,84% secara tahunan per November 2018 sejalan dengan adanya laba penjualan aset tetap senilai Rp1,45 triliun. Dalama laporan keuangan Januari 2018-November 2018, Merck melaporkan telah mengantongi penjualan Rp1,10 triliun sepanjang periode tersebut. Pencapaian itu naik 1,54% dari Rp1,08 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Per November 2018, emiten berkode saham itu mengantongi laba penjualan aset tetap Rp1,46 triliun. Kondisi itu melesat tajam dibandingan dengan periode yang sama tahun lalu Rp914,63 juta. Dengan demikian, laba yang dikantongi perseroan meroket 563,84% secara tahunan per November 2018. Jumlah yang dikantongi naik dari Rp181,12 miliar menjadi Rp1,20 triliun.

Sumber : admin