Kilas Emiten: TOWR, DWGL, PJAA, dan CNKO
Monday, February 11, 2019       09:00 WIB

Ipotnews - Kilas berita emiten berikut layak mendapat perhatian untuk menambah referensi dagang hari ini, Senin (11/2):
1. PT Sarana Menara Nusantara Tbk () berhasil memperoleh fasilitas pinjaman dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation ( SMBC ) cabang Singapura senilai 5,67 miliar yen atau sekitar Rp 721,03 miliar. Fasilitas pinjaman tersebut nantinya akan digunakan oleh anak usaha Sarana Menara Nusantara yaitu PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo). Protelindo diketahui memiliki dua anak usaha, antara lain PT Iforte Solusi Infotek dan PT Komet Infra Nusantara (KIN). Fasilitas pinjaman ini bertenor tiga tahun dan enam bulan sejak tanggal penandatanganan. Bunga atas fasilitas pinjaman per tahun dari Tokyo Interbank Offering Rate (TIBOR) dan margin yang berlaku sebesar 0,70% per tahun. Lebih lanjut manajemen juga menjelaskan bahwa masing-masing anak perusahaan dari Protelindo, yakni Iforte Solusi Infotek dan KIN juga ikut menandatangani perjanjian penanggungan perusahaan dan penggantian kerugian perusahaan.
2. PT Dwi Guna Lestari Tbk () berhasil menekan kerugian perseroan secara 96,37% sepanjang tahun lalu setelah kinerja minus perseroan sempat membengkak pada 2017. Kenaikan omzet sebesar 113,85% membuat kerugian perseroan turun drastis. Pada 2018 lalu, perseroan juga mencatatkan kenaikan pendapatan usaha sebesar 113,85% ke level Rp1,44 triliun, dari tahun sebelumnya yang hanya Rp672,88 miliar. Perseroan pun akhirnya berhasil membukukan laba bruto sebesar Rp98,97 miliar setelah pada tahun sebelumnya menderita rugi bruto sebesar Rp12,41 miliar. Secara rinci, perseroan membukukan total beban operasi sebesar Rp75,55 miliar, turun signifikan 74% dibandingkan 2017 yang mencapai Rp290,69 miliar. Penurunan ini terutama ditopang oleh beban umum dan administrasi perseroan yang menyentuh Rp68,02 miliar pada 2018, atau turun 76,2% dari posisi tahun sebelumnya yaitu Rp290,69 miliar. Alhasil, perseroan pun mengantongi laba operasi sebesar Rp23,42 miliar pada 2018, setelah pada tahun sebelumnya masih rugi operasi sebesar Rp303,11 miliar.
3. PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk () telah menyediakan dana untuk membayar Obligasi Berkelanjutan I Tahap II/2018 Seri A sebesar Rp350 miliar. Adapun sumber pendanaannya didapat dari deposito yang tersedia, pembayaran dividen dari PT Taman Impian Jaya Ancol dan anak usaha lainnya, obligasi berkelanjutan, serta fasilitas bank dari Bank DKI dan Bank Mandiri. Berdasarkan laporan keuangan per September 2018, posisi cash flow perseroan tersebut adalah sebanyak Rp89,79 miliar. Sementara itu, debt to equity ratio (DER) tercatat 106,70% dan current ratio (CRR) atau rasio aset terhadap utang mencapai 88,30%. Pada periode yang sama, perseroan juga mencatatkan kenaikan pendapatan usaha sebesar 6% menjadi Rp924,75 yoy dari sebelumnya Rp871,6 miliar
4. PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk () masih membukukan rugi selama 2018 lalu, meskipun pendapatannya melonjak hingga 66,12%. Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, perseroan membukukan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp840,97 miliar pada tahun lalu. Nilai tersebut mengecil 46,64% dibandingkan kerugian yang dibukukan perseroan pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,57 triliun. Adapun, perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp2,55 triliun selama 2018, meningkat 66,12% dibandingkan tahun sebelumnya dari posisi Rp1,54 triliun. Meski pendapatan meningkat, perseroan juga harus menanggung beban pokok pendapatan yang meningkat tajam 59,15%. Beban umum dan administrasi serta beban penjualan perseroan pun meningkat signifikan masing-masing 73,82% ke level Rp586,9 miliar dan 16,9% menjadi Rp43,19 miliar. Alhasil, kerugian usaha perseroan membengkak 36,44% ke level Rp439,75 miliar. Namun, perseroan melakukan efisiensi besar-besaran pada beban lain-lain yang secara neto tercatat sebesar Rp767,58 miliar pada tahun lalu, mengecil 51% dari posisi tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,57 triliun. Pada tahun lalu, perseroan agresif mencari pasar-pasar baru sebagai tujuan pemasaran produk batu bara perseroan. Pasalnya, perseroan juga ingin mengurangi ketergantungan pada PLN untuk memasok emas hitam.

Sumber : admin