Kinerja BBNI Moderat Sesuai Perkiraan, Analis Pangkas Rating Jadi Hold
Friday, January 25, 2019       18:10 WIB

Ipotnews - Laba PT Bank Negara Indonesia Tbk () tumbuh 10 persen didorong pertumbuhan aset serta kualitas aset yang stabil. Di sisi lain pemulihan marjin bunga bersih (NIM) di triwulan IV (4Q18) menurunkan kekhawatiran atas dampak kenaikan suku bunga.
Di tahun buku 2018, membukukan laba bersih Rp15 triliun, naik 10,3 persen. Tim Riset Indo Premier Sekuritas menyebut torehan laba tersebut sesuai dengan perkiraan. Namun masih di bawah konsensus perkiraan sebesar Rp15,4 triliun karena laba di periode 4Q turun -10 persen (QoQ) akibat lonjakan provisi di kuartal terakhir tersebut.
Faktor pendorong laba antara lain
-Pertumbuhan aset yang kuat (kredit naik 16 persen dan deposito naik 12 persen).
-NIM hanya turun tipis -20bps mennjadi 5,4 persen pada 2018
-Biaya operasional hanya naik tipis 7 persen.
-Kualitas aset yang stabil.
Akan tetapi secara triwulan, laba turun 10 persen (QoQ) di periode 4Q akibat kenaikan provisi kredit yang mencapai 39 persen (Qo). Di sisi lain profitabilitas bergerak stabil dengan indikator ROAA sebesar 2 persen dan ROAE 15 persen.
Marjin Bunga
Core profit tumbuh moderat sebesar 10,5 persen pada 2018, namun naik dibandingkan di periode 9M18 yang sebesar 6,3 persen karena NIM pulih menjadi 5,44 persen pada 4Q (naik 28bps secara QoQ) setelah menyempit sebesar 47bps pada 3Q.
"Pemulihan NIM telah mengurangi kekhawatiran atas dampak kenaikan suku bunga di Indonesia sebagaimana terlihat di biaya kredit yang telah dinormalisasi dan dengan demikian menawarkan sedikit perbaikan lebih lanjut," ujar Analis Indo Premier Sekuritas, Stephan Hasjim seperti dikutip dari risetnya pekan ini.
Menurut dia, pertumbuhan kredit yang kuat ini terutama ditopang oleh kredit korporat risiko rendah atau kredit kepada BUMN yang tumbuh masing-masing 13 persen dan 32 persen. Sementara kredit KPR dengan bunga rendah tumbuh melambat menjadi 10 persen karena fokus pada suku bunga floating.
Kualitas Aset
Rasio kredit macet (NPL) terus turun menjadi 1,9 persen pada 4Q dibanding pada 3Q sebesar 2,1 persen. Perbaikan NPL terlihat di sebagian besar segmen kredit kecuali kredit korporasi yang sedikit memburuk menjadi 1,7 persen dari sebelumnya 1,5 persen.
Walaupun provisi terpantau tinggi pada 4Q, biaya kredit kotor meningkat menjadi 152bps pada periode 2018 dibandingkan dengan pada 2017 sebesar 160bps. Sedangkan provisi untuk mencakup NPL naik menjadi 151 persen dari sebelumnya 144 persen.
Valuasi
Indo Premier Sekuritas mempertahankan perkiraan laba dengan target price (TP) naik menjadi Rp9.575 per saham dari sebelumnya Rp8.650 per saham. Valuasi bergulir tersebut berdasarkan nilai buku saham pada proyeki 2019 dan asumsi valuasi.
Tetapi rating saham dipangkas menjadi Hold dari sebelumnya Buy karena harga saham sudah mahal dalam 3 bulan terakhir.
(Riset Indo Premier Sekuritas)

Year To 31 Dec

2017A

2018A

2019F

2020F

2021F

Operating income (RpBn)

43,480

46,788

52,608

57,835

63,855

PPOP (RpBn)

22,617

23,959

28,074

31,493

35,557

Net profit (RpBn)

13,616

13,982

17,032

19,022

21,084

Net profit growth (%)

20.1

2.7

21.8

11.7

10.8

FD EPS (Rp)

730

750

913

1,020

1,131

P/E (x)

12.4

12.1

9.9

8.9

8

P/B (x)

1.7

1.5

1.3

1.2

1

Dividend yield (%)

2.8

2.2

2.5

2.8

3.1

ROAA (%)

2.1

1.8

2

2

2

ROAE (%)

14.9

14

14.6

14.3

13.9

source:, Indo Premier ; share price closing as of 24 January 2019


Sumber : admin