Kinerja BEST Melemah Akibat Pendapatan Melambat
Tuesday, October 30, 2018       17:36 WIB

Ipotnews - Tim Analis PT Indo Premier Sekuritas mempertahankan rekomendasi saham PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk () tetap Buy namun dengan menurunkan target price (TP) menjadi Rp200/saham dari sebelumnya Rp380 per saham.
Walaupun laba dalam 9 bulan tahun 2018 (9M18) turun, saham terus disukai mengingat posisinya yang strategis dan banyak pesanan yang belum dikerjakan mencapai 28 ha.
Namun marketing sales yang mengalami penurunan serta pengakuan yang melambat sebagaimana telah diperkirakan mengantarkan kalkulasi valuasi aset bersih ( RNAV ) turun menjadi Rp200 per saham.
Saham saat ini diperdagangkan dengan rasio P/E 3,8 kali atau diskon 83 persen terhadap estimasi RNAV . "Risiko penting atas rekomendasi saham datnag dari pengakuan pendapatan yang lebih rendah dari ekspektasi pada kuartal keempat 2018 dan depresiasi nilai tukar rupiah," ujar Analis Indo Premier Sekuritas, Joey Faustian seperti dikutip dari risetnya, Selasa (30/10).
Kinerja 9M18
membukukan laba Rp153 miliar di sepanjang 9M18 atau turun 46 persen (YoY). Marjin kotor dan marjin operasional membaik menjadi 72 persen dan 56 persen pada 9M18 dibandingkan pada 9M17 yang masing-masing sebesar 69 persen dan 55 persen. Marjin ini terjadi seiring harga pokok penjualan (HPP) turun menjadi Rp147 miliar atau -25 persen (YoY).
Tetapi marjin bersih turun sebesar 30 persen pada 9M18 (di 9M17 44%) karena perseroan membukukan beban lain-lain sebesar Rp40 miliar versus pendapatan lain-lain Rp50 miliar pada 9M17 berasal dari divestasi unit usaha pergudangan.
Sedangkan secara kuartalan, laba bersih turun menjadi Rp16 miliar atau melemah -85 persen (YoY) dan turun 62 persen (QoQ).
Marketing Sales
Perseroan membukukan marketing sales seluas 8,1 ha (-64% YoY) atau hanya 18-23% dari target tahun 2018 yang seluas 35-45 ha. Pada periode 3Q18 malah hanya membukukan marketing sales 1,3 ha penjualan lahan industri kepada perusahaan lokal yang bergerak di sektor otomotif.
Seiring meraih penjualan lahan yang lebih rendah, harga jual rata-rata tercatat Rp3,1 juta per m2 atau terjadi kenaikan 18 persen (YoY) yang masih sesuai dengan target manajemen sebesar antara Rp2,6 juta hingga Rp3,2 juta per m2.
Menurut Indo Premier, diperkirakan harga jual rata-rata lebih rendah dari Rp3 juta per m2 pada 2018 karena diproyeksikan membukukan penjualan lahan dalam jumlah besar pada 4Q18 dengan harga jual rata-rata lebih rendah dibanding penjualan lahan lebih kecil.
Revisi Laba
Di sisi lain, Indo Premier memangkas proyeksi laba pada 2018/2019 masing-masing 27 persen dan 18 persen seiring marketing sales yang diperkirakan turun menjadi seluas 28 ha dan 32 ha pada 2018 dan 2019.
Tambahan lagi juga punya pengalaman lambat membukukan pengakuan pendapatan, hanya 15 ha per 9M18 atau turun -34 persen (Yoy) dengan harga jual rata-rata Rp2,8 juta per M2 atau naik 14 persen (YoY).
Ke depan, karena masih memiliki pesanan yang belum dikerjakan (backlog) sekitar 28 ha, diperkirakan mengakui sedikitnya setengah dari backlog tersebut. Hal ini berkontribusi terhadap revenue sebesar Rp400 miliar pada periode 4Q18 (dengan asumsi harga jual rata-rata Rp2,8 juta per m2).
(Riset Indo Premier Sekuritas)

Year To 31 Dec

2016A

2017A

2018F

2019F

2020F

Revenue (RpBn)

824

1,006

1,001

1,047

1,155

EBITDA (RpBn)

526

606

610

648

724

EBITDA Growth (%)

30.8

15.3

0.6

6.3

11.6

Net Profit (RpBn)

339

479

420

435

494

EPS (Rp)

35

50

44

45

51

EPS Growth (%)

63.8

41.3

(12.4)

3.7

13.5

Net Gearing (%)

36.8

26.3

20.1

19.6

16.4

PER (x)

4.2

3.0

3.4

3.3

2.9

PBV (x)

0.4

0.4

0.3

0.3

0.3

Dividend Yield (%)

2.3

2.9

3.0

3.4

4.0

EV/EBITDA (x)

5.1

4.0

3.8

3.6

3.1

 source: , Indo Premier Sekuritas ; Share Price Closing as of 29 October 2018 


Sumber : admin