Kinerja Buruk, Saham BSDE Tetap "Buy" Dengan Target Harga Turun Jadi Rp1.500
Wednesday, October 31, 2018       19:29 WIB

Ipotnews - PT Bumi Serpong Damai Tbk () melaporkan pendapatan yang buruk dalam sembilan bulan pertama 2018 (9M18), sebesar Rp600 miliar atau anjlok 74% (yoy).
Capaian itu jauh di bawah ekspektasi pasar, yakni hanya setara 22% perkiraan Indo Premier Sekuritas dan 23% perkiraan konsensus untuk total pendapatan 2018. Namun, saham perseroan tetap di rating beli (buy) meski dengan target harga yang diturunkan dari Rp2.200 menjadi Rp1.500.
Marjin operasi dan marjin laba bersih tertekan pada 9M18 terutama karena kenaikan biaya operasional (opex) menjadi Rp1,7 triliun (+ 11% yoy), serta kerugian forex dan biaya bunga masing-masing sebesar Rp404 miliar (berbanding 9M17: Rp48 miliar) dan Rp651 miliar (+45% yoy).
Secara triwulanan, juga membukukan laba yang lemah pada kuartal III 2018 (3Q18), yakni hanya sebesar Rp190 miliar (-35% yoy), meski jauh lebih baik daripada pendapatan 2Q18 yang hanya Rp2 miliar.
Sebenarnya, meskipun kondisi sektor properti tengah lesu, membukukan penjualan pemasaran yang kuat, yakni sebesar Rp5.4tn pada 9M18 (+12% yoy), yang setara 75% dari target perseroan untuk 2018 yang sebesar Rp7,2 triliun. Penjualan pemasaran yang kuat terutama disumbang oleh penjualan perumahan sebesar Rp2,6 triliunn (+ 90% yoy), diikuti oleh penjualan tanah dan penjualan strata title masing-masing Rp1,4 triliun (-18% yoy) dan Rp963 miliar (+199% yoy).
Penjualan di segmen perumahan disumbang cluster baru di BSD City, yaitu Keia, Zeva, Jadeite, dan Tevana. Di sisi lain, penjualan apartemen terutama didukung oleh dua apartemen yang baru diluncurkan Southgate Jakarta dan Klaska Residence Surabaya, yang memberikan kontribusi penjualan pemasaran masing-masing sebesar Rp293 miliar dan Rp369 miliar.
Pada 9M18, memiliki total utang dalam dolar sejumlah USD795 juta. Tanpa opsi lindung nilai apa pun atas utang, profitabilitas perusahaan berisiko karena rupiah telah terdepresiasi sekitar 14% secara year-to-date (YTD).
"Sehingga kami memangkas perkiraan kami atas laba perseroan pada 2018 dan 2019 masing-masing sebesar 19% dan 10%, karena kami memperkirakan akan lebih banyak tekanan dari biaya bunga 2018 dan tahun ke depani FY18F kedepan. Selain itu kami juga memperkirakan tekanan tambahan untuk pendapatan 2018, karena kami menduga kerugian forex sebesar Rp550 miliar di 2018 (9M18: Rp404 miliar)," papar Tim Analis Indo Premier Sekuritas, Rabu (31/10).
Namun, meski dengan prospek laba yang melambat, Tim Analis mempertahankan pandangan positif dan rating beli (buy) terhadap saham , mengingat penjualan yang kuat yang dicapai perseroan, bank tanah yang luas (sekitar 4.700 hektare), dan valuasi saham perseroan yang murah (P/B 0,6 kali).
Tetapi, Tim Analis memangkas target harga untuk saham menjadi Rp1.500 dari sebelumnya Rp2.200. "Risiko utama dari rekomendasi kami terhadap saham perseroan adalah depresiasi rupiah dan perlambatan penjualan karena tahun depan adalah tahun politik," sebut Tim Analis.

Year To 31 Dec

2016A

2017A

2018F

2019F

2020F

Revenue (RpBn)

6,522

10,347

8,132

8,426

8,805

EBITDA (RpBn)

2,965

5,610

4,069

4,146

4,331

EBITDA Growth (%)

(1.7)

89.2

(27.5)

1.9

4.4

Net Profit (RpBn)

1,796

4,920

2,162

2,573

2,762

EPS (Rp)

93

256

112

134

143

EPS Growth (%)

(16.0)

173.9

(56.1)

19.0

7.3

Net Gearing (%)

16.1

11.3

3.7

7.6

8.8

PER (x)

11.6

4.2

9.6

8.1

7.5

PBV (x)

0.9

0.7

0.6

0.5

0.5

Dividend Yield (%)

1.4

0.9

3.6

1.6

1.9

EV/EBITDA (x)

8.4

4.3

5.4

5.7

5.7

 Source: , IndoPremier 

 Share Price Closing as of :   30-October-2018 


Sumber : admin