Konflik China-AS Soal Hongkong Picu Harga Minyak Makin Anjlok
Sunday, May 24, 2020       06:55 WIB

Ipotnews - Harga minyak mentah anjlok hingga 2 persen pada Jumat (22/5) akibat dipicu oleh hubungan AS -China yang makin memanas.
Ketegangan antara Washington dan Beijing makin meningkat setelah China mengumumkan rencana untuk memberlakukan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong.
AS pun telah menyiapkan rancangan undang-undang (RUU) untuk memberikan sanksi kepada China sebagai sumber dari wabah virus yang telah menewaskan 334.680 masyarakat AS per 21 Mei 2020.
Namun, China mengancam akan melakukan balasan yang setimpal dan menyatakan AS hanya mencoba mengalihkan tanggung jawab atas ketidakmampuan untuk mengatasi masalah negaranya. Ketegangan tersebut pun memupuskan harapan pasar terhadap perundingan dagang untuk membuat kesepakatan dagang fase kedua yang dijadwalkan pada November 2020.
Sebelumnya harga minyak telah jatuh akibat terdampak pandemi virus Corona lantaran banyak negara yang melakukan lockdown untuk sementara juga menghentikan ekspor dan impor minyaknya.
''Pandemi virus Corona telah membuyarkan permintaan minyak global dalam satu dekade dan untuk memulihkan pertumbuhan akan permintaan minyak itu butuh waktu lama, '' ujar Stephen Brennock broker dari PVM seperti dikutip  Reuters , Jumat (22/5).
Sementara berdasarkan data  Bloomberg , pada perdagangan Jumat (22/5) hingga pukul 13.12 WIB harga minyak mentah jenis WTI untuk kontrak Juli 2020 di bursa Nymex bergerak melemah. Pelemahan harga minyak WTI tercatat 6,28 persen ke level US$31,79 per barel.
Hal yang sama terjadi pada minyak jenis Brent. Harga minyak jenis Brent kontrak Juli 2020 di bursa ICE terkoreksi 4,88 persen ke level US$34,3 per barel.
Penurunan tersebut terjadi di tengah tren harga minyak yang menanjak dan menuju kenaikan mingguan terbaiknya dalam beberapa perdagangan terakhir. Kinerja pada perdagangan kali ini telah memangkas kinerja mingguan tersebut menjadi hanya naik sekitar 8 persen.
Mengacu riset Monex Investindo Futures, angin segar pulihnya permintaan minyak mentah dunia berembus seiring dengan pembukaan dan pelonggaran kebijakan lockdown di beberapa negara setelah melewati masa puncak pandemi virus corona.
"Harga minyak berpotensi turun menguji support selanjutnya pada kisaran US$31,20- US$32 per barel bila panasnya hubungan kedua negara berlanjut, tetapi jika rebound ke atas level US$33 per barel, berpeluang menopang harga menguji resisten US$$34,15 - US$34,65 per barel," tulis Monex Investindo Futures dalam risetnya, Jumat (22/5).
Terkait turunnya harga dan kosumsi minyak justru malah diperkirakan akan membawa untung bagi emiten pelayaran seperti PT Buana Lintas Lautan Tbk (). Berdasarkan keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti dikutip Bisnis, Sabtu (23/5) menyatakan bahwa potensi cuan itu didapatkan dari perkiraan peningkatan tarif sewa kapal.
Perseroan menyampaikan saat ini tarif sewa rata-rata 2020 untuk kapal tanker berjenis Aframax di pasar internasional adalah US$44.153 per hari atau 123 persen lebih tinggi dari rata-rata tahun lalu yaitu US$19.840 per hari untuk periode yang sama.
Tarif sewa rata-rata ini juga 156 persen lebih tinggi dari rata-rata tarif sewa di pasar Indonesia yaitu US$17.250 per hari. Dengan demikian, pendapatan time charter equivalent rata-rata satu bulan terakhir berada di tingkat US$52.250 per hari. (winardi)

Sumber : Admin