Koreksi Harga Komoditas Berpotensi Redam Pertumbuhan Indonesia Semester II: RHB Bank
Friday, August 12, 2022       16:33 WIB

Ipotnews - Koreksi harga ekspor komoditas akan meredam momentum pertumbuhan Indonesia, bahkan kemungkinan akan melambat pada paruh kedua tahun ini.
Ekonom senior di RHB Bank, Barnabas Gan berpendapat, penurunan serentak harga komoditas utama batubara, minyak nabati, logam dan gas sebesar 10 persen akan mengurangi nilai ekspor tahunan Indonesia sekitar 4 persen dan menggerus 0,6 persen produk domestik bruto.
Laporan RHB Bank yang dikutip laman The Business Times, Jumat (12/8) menyebutkan, penurunan serentak harga komoditas utama Indonesia juga akan membuat neraca transaksi berjalan menjadi defisit 0,3 persen dari PDB pada 2022. Kondisi itu tersebut berlawanan dengan perkiraan RHB saat ini yang mengekspektasikan surplus 0,2 persen.
Kondisi itu juga kontras dengan narasi pertumbuhan ekspor Indonesia - yang meningkat menjadi 1,55 persen pada kuartal kedua tahun ini, didukung oleh permintaan di tengah melonjaknya harga komoditas. Menurut Gan, ini adalah tingkat pertumbuhan tercepat sejak kuartal pertama tahun lalu, setelah naik 1,43 persen di Q1.
Saat ini, ekspor Indonesia diuntungkan oleh harga energi yang lebih tinggi yang didukung oleh berlanjutnya gangguan rantai pasokan dan ketegangan geopolitik global yang meningkat - yang mengangkat harga gas alam dan batubara. Namun, harga komoditas lain seperti minyak sawit dan logam telah turun secara signifikan sejak awal tahun.
Gan berpendapat, dengan meningkatnya kekhawatiran inflasi dan risiko perlambatan ekonomi global, koreksi harga komoditas bisa meluas ke sektor energi pada tahun 2023, sehingga menyeret pertumbuhan dan ekspor Indonesia secara keseluruhan.
Ia menambahkan, laju inflasi yang lebih tinggi di Semester II - diperkirakan sebesar 4,15 persen di tengah kenaikan suku bunga kebijakan Bank Indonesia menjadi 4 persen pada akhir tahun - dapat menghalangi pengeluaran konsumen dan menghambat momentum pertumbuhan Indonesi.
Untuk tahun 2023, ia memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia akan berada di 4,1 persen, lebih rendah dari median perkiraan Bloomberg sebesar 5,2 persen.
Dengan mempertimbangkan ekspektasi untuk harga komoditas yang lebih rendah, defisit transaksi berjalan Indonesia diperkirakan akan sebesar 0,5 persen dari PDB pada 2023.
RHB Bank mendorong Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga kebijakannya menjadi 4 persen dari saat ini 3,5 persen, pada paruh kedua tahun ini. "Suku bunga yang lebih tinggi mungkin diperlukan untuk membendung arus keluar dana dan pelemahan Rupiah lebih lanjut (IDR)," kata Gan.
"Kami percaya bahwa Rupiah berisiko tetap lemah di tengah derasnya aliran dana keluar sebagai faktor persuasif bagi pembuat kebijakan untuk menaikkan suku bunga pada bulan September dan Desember," ujarnya. (The Business Times)

Sumber : Admin