Kurs Rupiah Berakhir Melemah 52 Poin
Monday, June 21, 2021       16:02 WIB

Ipotnews - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah pada penutupan awal pekan, Senin (21/61). Rupiah masih terdepresiasi oleh sinyal bank sentral AS The Federal Reserve yang akan menaikkan suku bunga acuan lebih cepat dari perkiraan.
Mengutip data Bloomberg, Senin (21/6) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.427 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan pelemahan 52 poin atau 0,37% dibandingkan dengan penutupan pasar spot pada akhir pekan Jumat sore lalu (18/6) di level Rp14.375 per dolar AS.
Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan rupiah terjadi karena indeks dolar AS yang menguat terhadap mata uang lainnya. Penyebabnya adalah investor masih terpengaruh hasil FOMC yang menunjukkan kecenderungan kebijakan The Federal Reserve yang hawkish.
"Ini yang mengejutkan pelaku pasar sejak minggu lalu," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Senin sore.
Keputusan terbaru The Fed pada minggu lalu mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga dan pengurangan aset dapat dimulai lebih cepat dari yang diharapkan. Dari 18 orang anggota dewan kebijakan The Fed, sebanyak 13 diantaranya memperkirakan bahwa suku bunga akan naik pada 2023 dibandingkan enam sebelumnya.
Presiden The Federal Reserve St. Louis, James Bullard, pada hari Jumat (18/6) mengatakan pergeseran sikap The Fed menuju pengurangan pembelian obligasi yang lebih cepat adalah respons "alami" terhadap pemulihan ekonomi baru-baru ini dari Covid -19. Ini karena inflasi AS yang bergerak naik lebih cepat dari yang diharapkan.
"Bahkan pernyataan ini semakin menambah tekanan pada rupiah karena Bullard juga menyatakan bahwa bank sentral mungkin harus mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga pada tahun depan daripada 2022. Karena inflasi dapat berjalan di atas ekspektasi The Fed," ujar Ibrahim.
Dari dalam negeri, pelaku pasar mencermati perkembangan varian baru Covid-19 yang terus meningkat. Terutama di DKI Jakarta yang berkontribusi lebih dari 20% dari kasus nasional. Ini menjadi sentimen negatif yang turut menekan kurs rupiah hari ini.
"Ini membuat Pemerintah harus mengkaji ulang, apakah akan fokus terhadap pertumbuhan ekonomi atau menjaga kesehatan/keselamatan masyarakat. Ini merupakan buah si malakama yang harus diputuskan dengan cepat oleh pemangku jabatan," tutup Ibrahim. (Adhitya)

Sumber : admin