Laba Bersih 2020 Turun, Harga Saham BBCA Ikut Tertekan
Thursday, February 11, 2021       16:25 WIB

Ipotnews - PT Bank Central Asia Tbk/BCA () mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 5,0% YoY menjadi Rp27,1 triliun. Kinerja keuangan yang kurang bagus ini ikut menekan kinerja saham BCA dalam tiga hari terakhir.
Pada Senin (8/2), BCA mengumumkan laporan kinerja keuangan tahun 2020. Penurunan laba bersih disebabkan biaya pencadangan yang lebih tinggi untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas aset.
Selain itu, karena adanya pelemahan aktivitas bisnis tahun lalu akibat pandemi virus corona, maka penyaluran kredit BCA mengalami penurunan. Hingga akhir Desember 2020 total kredit BCA turun 2,1% secara YoY menjadi Rp575,6 triliun. Dengan demikian, secara konsolidasi total kredit tercatat sebesar Rp588,7 triliun, atau melemah 2,5% secara YoY.
Dari sisi pendanaan, BCA berhasil mencatatkan kinerja dana pihak ketiga yang sehat, di mana current account and savings account () tumbuh 21,0% mencapai Rp643,9 triliun. Sementara itu, deposito berjangka meningkat sebesar 14,0% menjadi Rp196,9 triliun. Secara total, dana pihak ketiga naik 19,3% secara YoY menjadi Rp840,8 triliun di tahun 2020.
Mengutip data Ipotnews, Kamis (11/2), harga saham BCA pada Senin lalu ditutup pada level 34.600. Pada Selasa (9/2), harga saham BCA sempat naik menjadi 34.900, meningkat 0,87% dibanding sehari sebelumnya.
Namun mulai Rabu (10/2), harga saham BCA kembali turun menjadi 34.600. Terakhir pada sore ini, harga saham BCA turun menjadi 34.400 atau melemah -0,58% dibanding penutupan Senin sore kemarin.
Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, menuturkan bahwa tentu saja kinerja keuangan BCA yang menurun menjadi perhatian investor. "Mau tak mau itu juga mempengaruhi sentimen pelaku pasar sehingga wajar kalau harga sahamnya turun," kata Hans saat dihubungi Ipotnews, Kamis sore.
Namun Hans menegaskan kinerja BCA tidak buruk-buruk amat. Kendala yang dialami BCA dialami oleh semua perbankan pada umumnya. Kebijakan OJK dalam memberikan pelonggaran restrukturisasi kredit akan berakhir pada tahun 2022. "Tentu semua bank akan mempersiapkan diri dengan mengalokasikan biaya pencadangan yang lebih besar yang membuat laba bersih menurun. Termasuk juga BCA," tutup Hans. (Adhitya)

Sumber : admin