Laba Bersih BNLI Tahun Buku 2019 Melonjak 66,5 Persen
Wednesday, February 19, 2020       12:58 WIB

Ipotnews - Laba bersih PT Bank Permata Tbk () sepanjang tahun 2019 tumbuh sebesar 66,5 persen menjadi Rp1,5 triliun. Sementara di periode berjalan rasio Non-Performing Loan (NPL / kredit macet) turun dari 4,4 persen tahun 2018 menjadi 2,8 persen di akhir tahun 2019.
Ridha D.M. Wirakusumah, Direktur Utama menjelaskan kinerja positif di tahun lalu ini ditopang pendapatan usaha serta kualitas aset yang terus membaik. Profitabilitas sampai dengan Q4 2019 tumbuh signifikan dengan ditopang pertumbuhan pendapatan usaha yang meningkat. Kenaikan pertumbuhan laba operasional sebelum penyisihan penurunan nilai aset tercatat sebesar 18,8 persen menjadi Rp3,04 triliun. Hal ini dikontribusi oleh peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 5,6 persen dan pendapatan operasional selain bunga (Fee Based Income) sebesar 24,3 persen.
Sementara itu Net Interest Margin (NIM) meningkat menjadi 4,4 persen atau naik 16 bps (basis poin) dibandingkan posisi September 2019 sebesar 4,2 persen atau naik 28 bps dibandingkan posisi Desember 2018 sebesar 4,1 persen. Kemudian untuk biaya pencadangan kredit menurun sebesar 32,5 persen menjadi sebesar Rp1,14 triliun dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp1,68 triliun.
"Capaian hingga akhir tahun 2019 ini sangat menggembirakan dan mencerminkan komitmen perusahaan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk terus memperkokoh profitabilitas dari tahun ke tahun. Kami komitmen untuk terus menjaga kualitas aset yang sehat, kedisiplinan biaya operasional secara efisien, menjaga rasio NPL di bawah ketentuan regulator, serta untuk memberi inovasi layanan yang berkelanjutan terutama melalui digitalisasi menjadi kunci utama keberhasilan mencapai target pendapatan bank di tahun ini," kata Ridha dalam keterangan persnya, Rabu (19/2).
Lebih lanjut, biaya operasional perusahaan diklaim terkontrol dengan baik sehingga rasio efisiensi BOPO membaik secara signifikan menjadi 87 persen di Desember 2019 dibandingkan 93,4 persen pada periode yang sama tahun lalu. Kualitas aset terus membaik ke level yang sehat, menunjukkan keberhasilan dan komitmen manajemen yang kuat untuk terus memperbaiki kualitas aset. Rasio NPL gross dan NPL net di Desember 2019 terus membaik secara signifikan ke level 2,8 persen dan 1,3 persen dibandingkan Desember 2018 yang tercatat sebesar 4,4 persen dan 1,7 persen dengan NPL coverage ratio terus terjaga baik sebesar 132,8 persen.
Perbaikan rasio NPL gross merupakan hasil dari restukturisasi kredit bermasalah, penghapusan kredit, penjualan dan penyelesaian kredit bermasalah (loan settlement) dan ditunjang oleh pertumbuhan kredit good-book secara signifikan. Bank akan tetap menjaga prinsip prudensi dan upaya untuk secara terus menerus memitigasi potensi kerugian kreditnya secara berhati-hati.
Ridha menjelaskan tahun ini tumbuh sebesar 8,5 persen di tahun lalu. Capaian ini lebih baik dari pencapaian pertumbuhan kredit secara umum di industri perbankan. Pertumbuhan kredit sehat ini terjadi terutama di segmen Wholesale Banking. Pertumbuhan kredit sehat di segmen retail banking terutama terjadi di produk kredit tanpa agunan dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
"Penurunan kredit bermasalah yang cukup signifikan tahun lalu berhasil menurunkan rasio NPL gross menjadi di bawah 3 persen, sehingga secara netto pertumbuhan kredit yang diberikan mencapai Rp108,15 triliun pada Desember 2019 atau 1,5 persen lebih besar dari pencapaian tahun lalu," sambung dia.
Kemudian, likuiditas perseroan tetap terjaga optimum dengan rasio Loan-to-Deposit pada Desember 2019 sebesar 86,3 persen. Hal ini sedikit menurun dibandingkan posisi Desember 2018 namun tetap sejalan dengan upaya Bank untuk terus menjaga likuiditas tetap optimal di tengah ketatnya likuiditas di industri perbankan. Permata Bank sukses meningkatkan dana pihak ketiga sebesar 4,3 persen year-on-year yang dikontribusikan oleh pertumbuhan dana giro dan tabungan masing-masing sebesar 15,5 persen dan 3,6 persen.
Sementara, lanjut Ridha, dana mahal deposito berjangka turun sebesar 0,6 persen. Rasio Bank berhasil dijaga di level 51 persen atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 48 persen. Pencapaian tersebut merupakan strategi Permata Bank dalam menjaga keseimbangan untuk memaksimalkan profitabilitas Bank dengan tetap mengelola likuiditas yang optimal didukung oleh struktur sumber pendanaan yang lebih baik.
Posisi permodalan juga terus meningkat dan terjaga kuat yang terpapar pada angka pencapaian Common Equity Tier 1 (CET-1) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) di akhir Desember 2019 sebesar 18,7 persen dan 19,9 persen. Hal ini terjadi di tengah perseroan yang melakukan pelunasan obligasi subordinasi yang jatuh tempo di tahun 2019 sebesar Rp2,5 triliun dan belum melakukan penerbitan modal pelengkap untuk menggantikan obligasi subordinasi yang sudah dilunasi. Rasio permodalan Bank lebih tinggi signifikan dibandingkan ketentuan minimum modal yang berlaku sehingga menunjukan posisi permodalan yang kuat untuk mendukung pertumbuhan aset di masa mendatang.
"2019 merupakan tahun yang cemerlang bagi kami dengan adanya berbagai kolaborasi dan sinergi dengan fintech oleh retail banking. Kami optimis dapat menjaga pertumbuhan berkelanjutan yang lebih kuat dan profitable ke depannya," tutup Ridha.
(Marjudin)

Sumber : admin