Laba Bersih Berkontraksi Namun di Atas Perkiraan, Target Harga Saham INTP Naik
Friday, March 22, 2019       20:08 WIB

Ipotnews - Laba bersih Indocement () pada 2018 (FY18) mengalami kontraksi yakni sebesar Rp1,1 triliun, anjlok 38% (yoy) namun di atas perkiraan Indo Premier Sekuritas (105%) dan perkiraan konsensus (115%). Saham tetap di rating Hold dengan target harga naik menjadi Rp19.100 dari sebelumnya Rp17.400.
Di sisi top-line, membukukan kenaikan pendapatan menjadi Rp15,1 triliun (+5.3% yoy berbanding FY17: -6% yoy), pertumbuhan yang murni didorong volume (+5.7% yoy) dengan harga rata-rata penjualan (ASP) turun 0,4% (yoy). Biaya produksi sebesar Rp10,8 triliun (+14.8% yoy), dengan biaya pengepakan membengkak (+21% yoy), yang secara wajar disebabkan oleh ekspansi terminalnya di Sumatra dan harga energi batubara yang juga naik (+ 22% yoy). Biaya operasional sebesar Rp3,3 triliun menunjukkan peningkatan yang stabil (+ 7% yoy). Pertumbuhan biaya yang relatif melampaui pendapatan membuat margin profitabilitas yang lebih rendah dengan GPM / EBITDA / OPM / NPM diukur lebih rendah pada 28,8% / 15,4% / 6,9% / 7,5% (dibandingkan dengan FY17: 34,7% / 21,6% / 13,4% / 12.9 %). Secara kuartalan, laba bersih kuartal IV (4Q18) Rp528 miliar (+ 1x qoq, + 17% yoy) yang terutama didorong oleh ASP pada 4Q18.
membukukan FY18 volume penjualan domestik 17,7 metrik ton (+ 5,7% yoy) yang persis sejalan dengan perkiraan Indo Premier Sekuritas (99,7%). Ini adalah kinerja penjualan yang sangat baik karena menjaga momentum pemulihan sejak terakhir terlihat di FY17 (+ 4,2% yoy). Secara kuartalan, volume penjualan 4Q18 melambat menjadi 4,8 juta ton (-2% qoq, + 4% yoy vs TA 2015: + 1% qoq, + 6% yoy), karena beberapa proyek infrastruktur yang tertunda. Dalam hal harga, campuran ASP domestik untuk 2018 flat di Rp748 ribu/ton (-0,4% yoy) tetapi yang menarik untuk diperhatikan adalah ASP 4Q18 yang meningkat menjadi Rp798 ribu/ton (+ 6,6% qoq, + 10% yoy) yang merupakan pertumbuhan positif pertama selama dua tahun terakhir. "Ini mungkin menyiratkan iklim harga predator telah mencapai akhir karena pemain lapis kedua berjuang untuk tetap bertahan dalam industri yang kelebihan pasokan dan dengan beban utang yang tinggi," papar Tim Analis Indo Premier sekuritas, Jumat (22/3).
Tim Analis mengaku, saat ini perhatian terfokus pada dua poin. Pertama, kualitas ASP yang meningkat, yang secara khusus menunjuk kemampuan perseroan untuk menyesuaikan harga ke atas tanpa mengorbankan pangsa pasar keseluruhan dan regional (dan pertumbuhan volume). Volume penjualan dua bulan pertama 2019 (2M19) melambat menjadi 2,7 juta ton relatif terhadap 2M18 (-0,9% yoy) di mana dua tahun ini mengalami peristiwa politik yang sama terjadi (pilkada 2018 dan pemilu 2019). "Oleh karena itu kami percaya pertumbuhan volume penjualan akan melunak di tahun diskal 2019/FY19F (+ 5,1% yoy berbanding FY18: 5,7%) dengan volume pangsa Pulau Jawa tetap datar. Sehubungan dengan ekspansi terminal , kami sedikit mengubah perkiraan kami atas sumbangan volume di Sumatera menjadi 11% (dari 10,9%). Kedua, kompetisi baru di wilayah luar Jawa dan Sumatera (c.18% dari volume penjualan ) oleh pemain lapis kedua yang mapan, kami melihat ekspansi agresif oleh Anhui Conch (3.3mtpa di Barru) di wilayah terkait," papar Tim Analis.
Tim Analis mengaku menyukai inisiatif untuk tidak berlebihan dalam belanja modal (penambahan terminal) untuk memperluas kehadiran tanpa mengakses utang dinilai strategi yang tepat. "Kekhawatiran kami adalah pada tidak adanya pemulihan harga berkelanjutan di masa depan karena ini adalah pendorong pendapatan yang sangat penting mengingat permintaan yang kurang memuaskan sejauh ini. Valuasi juga tidak murah dengan forward EV / EBITDA 30,7x (vs : 11,8x). Dengan demikian, kami mempertahankan HOLD meskipun dengan target harga yang lebih tinggi Rp19.100 (dari sebelumnya Rp17.400) karena kami menggulirkan basis penilaian kami ke FY19F dan menurunkan tingkat bebas risiko kami menjadi 8% (dari 8,5%)."

Year To 31 Dec

2017A

2018A

2019F

2020F

2021F

Revenue(RpBn)

14,431

15,190

16,412

18,245

20,288

EBITDA(RpBn)

3,117

2,338

2,332

3,011

3,502

EBITDA Growth (%)

(32.4)

(25.0)

(0.3)

29.2

16.3

Net Profit(RpBn)

1,860

1,146

1,240

1,638

1,977

EPS (Rp)

505

311

337

445

536

EPS Growth (%)

(51.9)

(38.4)

8.1

32.1

20.7

Net Gearing (%)

(33.3)

(30.6)

(23.2)

(21.6)

(20.5)

PER (x)

41.7

67.6

62.5

47.4

39.2

PBV (x)

2.7

2.8

2.9

2.8

2.7

Dividend Yield (%)

4.4

3.3

1.0

1.3

1.5

EV/EBITDA (x)

22.2

30.1

31.0

24.1

20.7

 Source: , IndoPremier 

 Share Price Closing as of :   22 March 2019 

Sumber : admin