Lakukan Efesiensi Untuk Menghadapi Tekanan Harga Batubara, Berikut Rekomendasi Saham ITMG Dari Para Analis
Friday, December 06, 2019       10:46 WIB

Ipotnews - PT Indo Tambangraya Megah Tbk () berupaya melakukan efisiensi guna mengantisipasi penurunan harga batubara. Sejauh ini, upaya efisiensi itu memang membuahkan hasil yang cukup positif.
Menurut Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Thomas Radityo, efisiensi berdampak pada penurunan  strip ratio  dan  overburden removal . Meski begitu, Thomas meramal, kinerja kuartal IV-2019 masih lesu.
Alasannya, belum ada sentimen yang bisa mengangkat harga batubara, yang sudah turun 28% di tahun ini. "Permintaan batubara sebagian besar datang dari China dan saat ini  outlook  impor batubara China dari Indonesia agak lesu," ujar Thomas seperti dikutip Kontan, Kamis (5/12). Alhasil, saat ini efisiensi adalah satu-satunya cara mendorong kinerja.
Di sisi lain, belum bisa melakukan diversifikasi seperti atau , karena cadangan tambangnya hanya sekitar 10 tahun. Thomas memperkirakan, laba berada di kisaran US$ 128 juta dengan pendapatan sekitar US$ 1,8 miliar di tahun ini.
Langkah mendorong produksi juga menumbuhkan harapan perseroan bisa menjaga kinerja ketika harga batubara melandai. "Kami memperkirakan, volume produksi atau penjualan akan mencapai masing-masing 23,5 juta dan 24,8 juta ton di Desember 2019," ungkap Robertus Yanuar Hardy, analis Kresna Sekuritas, dalam risetnya.
Rekomendasi saham
Dengan begitu, Robertus memperkirakan laba bisa mencapai kisaran US$ 41 juta-US$ 42 juta di kuartal IV-2019. Sehingga, total laba akhir tahun diperkirakan mencapai US$ 142 juta-US$ 143 juta.
Penurunan harga batubara telah menekan kinerja kuartal III/2019 lalu. Pendapatan merosot 7,84% sementara labanya merosot 49,24% dari realisasi di periode yang sama tahun lalu.
Sementara, analis Mirae Asset Sekuritas, Andy Wibowo Gunawan mengatakan, kinerja hingga September 2019 masih berada di bawah target proyeksi Mirae. Apalagi, masih ada potensi harga saham dan harga batubara tertekan.
Namun, Andy melihat, telah berupaya mendorong produksi naik sampai 115%  year on year  pada akhir September lalu, dengan rasio pengupasan yang moderat. Alhasil, biaya produksi sedikit menurun menjadi US$ 45,1 per ton, dari periode sebelumnya di US$ 45,6 per ton.
"Kami cenderung mempertahankan pandangan kami untuk merekomendasikan tahan atau  hold  saham , dengan target harga Rp 11.750 per saham," ujar Andy melalui riset.
Senada, Thomas cenderung merekomendasikan  hold  dengan target harga sebesar Rp 12.500 per saham.
Sedangkan Robertus merekomendasikan beli saham dengan target Rp 14.550 per saham karena prospeknya masih positif, kendati masih ada tantangan volatilitas harga jual rata-rata batubara. Kemarin, harga saham ditutup di Rp 10.100 per saham. (winardi)

Sumber : Admin