Lima Kesalahan Perencanaan Pensiun yang Paling Sering Ditemui
Friday, November 04, 2022       17:49 WIB

Perencanaan pensiunretirement planning ) mungkin adalah perencanaan keuangan yang paling penting (melibatkan jumlah tabungan yang paling banyak) yang pernah dibuat dalam hidup seseorang. Setiap orang, apa pun profesinya, suatu saat nanti pasti akan berhenti bekerja (pensiun). Sekali orang memasuki masa pensiun, maka keadaan tidak dapat dibalik lagi. Karena itu, masa pensiun harus direncanakan dengan baik.
Kita semua tentu mengharapkan bahwa selama masa produktif, kita telah mengumpulkan cukup bekal (uang atau dana) untuk masa pensiun kita. Karena masa pensiun hanya bisa dijalani satu kali saja, maka perencanaan pensiun harus dibuat dengan cermat.
Kalau kita salah dalam membuat perencanaan pensiun, maka masa pensiun kita akan sulit atau menderita (secara finansial), dan kita harus bergantung pada anak atau keluarga yang lain untuk memenuhi kebutuhan kita.
Tetapi sungguh menarik untuk diperhatikan bahwa sebagian besar orang ternyata tidak mempersiapkan dirinya dengan baik untuk menghadapi masa pensiun. Misalnya, kita dapat mencoba bertanya kepada teman kita: apa rencanamu pada waktu pensiun nanti?
Banyak yang tidak dapat menjawab pertanyaan sederhana ini karena sebelumnya tidak pernah terlintas di pikirannya tentang pensiun. Atau pertanyaan yang lebih sulit: berapa dana pensiun yang perlu disiapkan untuk dapat pensiun yang nyaman?
Pertanyaan tentang pensiun seringkali dianggap hanya cocok diajukan terhadap orang yang sudah tua dan akan memasuki usia pensiun saja. Padahal, setiap orang sudah harus mulai menyimpan uang (menabung) sejak ia pertama kali memiliki penghasilan (gaji) tetap setiap bulan.
Mengingat pentingnya perencanaan pensiun ini, walaupun beberapa hal yang dibicarakan di sini telah pernah kami singgung dalam artikel sebelumnya tentang perencanaan pensiun, kami akan merangkum kembali di sini kesalahan-kesalahan dalam membuat perencanaan pensiun.
Tidak Punya Rencana
Dalam perencanaan pensiun, tidak membuat rencana adalah sama saja dengan merencanakan untuk gagal. Tapi itu adalah kenyataan yang terjadi pada sebagian besar orang di sekitar kita. Kebanyakan orang lebih suka untuk menghabiskan waktu berhari-hari merencanakan liburannya dari pada merencanakan pensiunnya.
Perencanaan pensiun mengharuskan kita untuk memperkirakan banyak hal, misalnya: 1) usia pensiun, 2) usia harapan hidup, 3) tingkat inflasi, 4) tingkat hasil investasi, 5) besarnya portofolio investasi, dan 6).biaya-biaya selama masa pensiun.
Tidak ada satu pun dari hal-hal yang disebutkan di atas yang mudah untuk diprediksi dengan akurat. Tetapi akurasi memang bukanlah hal yang pokok dalam perencanaan pensiun. Hal yang lebih penting dilakukan adalah Anda membuat rencana yang memprediksi hal-hal yang akan terjadi dalam masa pensiun itu sendiri.
Janganlah, misalnya, karena kesulitan untuk memprediksi usia harapan hidupmu, atau tingkat inflasi tahun depan, atau biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama masa pensiun membuat Anda tidak membuat perencanaan pensiun itu sendiri.
Tidak Cukup Banyak Menyimpan (Menabung) Dana pensiun
Orang seringkali tidak menyimpan (menabung) uang cukup banyak untuk dana pensiunnya, dengan pelbagai alasan. Apakah Anda menyimpan 10% atau 30% dari gaji Anda setiap bulan sesungguhnya adalah masalah prioritas dan alternatif. Misalnya, setiap pagi Anda perlu minum kopi Starbuck +kue seharga 'hanya' Rp100.000 saja, kemudian untuk makan siang, Anda selalu pergi dengan kolega kantor ke  foodcourt  di mall seharga Rp100,000 juga.
Sesungguhnya, minum kopi di Starbuck atau makan di luar setiap jam makan siang (kecuali Anda sedang menjamu tamu) hanyalah supaya terlihat lebih keren saja (dibandingkan minum kopi hitam merk Kapal Api di kantor dan membawa bekal makanan tiap hari dari rumah), tetapi bagi sebagian besar orang, masalah gengsi sangat penting dibandingkan uang Rp200.000 yang dapat ditabung setiap hari untuk dana pensiun. Di sini, masalah gengsi mendapatkan prioritas lebih tinggi dibandingkan masalah pensiun.
Alternatif yang ada, Anda bisa membuat kopi sendiri di pantry kantor (gratis), dan membawa makan siang dari rumah (lebih murah dan lebih sehat). Uang Rp 200.000 tiap hari sepintas bukanlah jumlah yang besar. Tetapi, bayangkanlah Anda dapat menabung Rp 200.000 setiap hari untuk 20 hari kerja dalam sebulan, berarti dalam setahun Anda sudah dapat menyimpan sebanyak Rp200.000 x 20 hari x 12 bulan = Rp24.000.000 (bukan jumlah yang kecil).
Contoh lain, dibandingkan mengganti mobil setiap tiga tahun sekali, Anda dapat memperpanjang masa pakai mobil Anda dengan rajin melakukan servis berkala untuk memperpanjang umur pakai mobil Anda. Di samping itu, alih-alih menggunakan mobil baru dengan model dan merk yang terkenal (mobil Eropa), Anda dapat menggunakan mobil yang bukan model terbaru dan bukan merk terkenal (mobil Jepang umumnya lebih murah dari mobil Eropa).
Tidak mulai menyimpan dana pensiun sejak muda
Kesalahan lain yang umum ditemui pada orang yang melakukan perencanaan pensiun adalah tidak mulai menyimpan dana pensiunnya sejak usia muda. Kebanyakan, pada waktu orang baru lulus kuliah Strata satu, dan mulai bekerja pada usia dua puluh tahunan awal, prioritas pertamanya adalah mengumpulkan uang untuk membeli mobil dan mengumpulkan uang muka ( down payment ) untuk membeli rumah. Akhirnya, orang akan menunda menyimpan uang untuk dana pensiun hingga usia 30-an tahun.
Setelah membeli rumah (secara kredit), umumnya orang masih harus menyimpan uang untuk biaya pesta pernikahan. Pada usia tiga puluhan tahun, prioritas orang adalah menyimpan uang untuk membesarkan keluarga. Contohnya adalah melakukan renovasi rumah menjadi lebih besar untuk menampung jumlah anggota keluarga yang lebih banyak. Akhirnya, orang memutuskan untuk menunda menyimpan uang untuk dana pensiun hingga usia 40-an tahun.
Pada usia empat puluh tahunan, prioritas keuangan orang itu adalah menyekolahkan anak-anak, terutama menyediakan uang pangkal untuk kuliah di universitas pilihan mereka. Jadi, umumnya orang akan memutuskan untuk menunda menyimpan uang untuk dana pensiun hingga usia 50-an.
Pada waktu berusia lima puluh tahunan, orang merasa sangat siap untuk menabung dalam dana pensiunnya karena semua biaya pembelian rumah dan biaya sekolah anak-anak sudah lunas. Tetapi, hanya tersisa waktu beberapa tahun lagi sebelum orang itu pensiun.
Persoalan yang ada sebenarnya adalah menyediakan dana pensiun pada setiap jenjang kehidupan, tetapi orang terlalu memfokuskan perhatian pada kondisi sesaat dan melupakan masa depan (pensiun) yang pasti akan terjadi.
Akibatnya, pada kebanyakan kasus yang ditemukan, orang merasa tidak menyimpan dana pensiun sejak awal, sehingga orang kehilangan kesempatan yang berharga untuk mengembangkan investasi dana pensiunnya.
Hanya bergantung pada BPJS -TK atau program pensiun perusahaan
Kesalahan perencanaan pensiun lainnya adalah hanya mengandalkan pensiun pada program BPJS -TK (Badan Pengelola Jaminan Sosial- Tenaga Kerja) atau program pensiun yang disediakan perusahaan tempatnya bekerja DPPK (Dana pensiun Pemberi Kerja). Dengan ikut serta pada program BPJS -TK atau DPPK , setiap bulan gaji pegawai akan dipotong oleh perusahaan untuk disetor ke dalam program tersebut. Orang lalu merasa bahwa urusan pensiunnya telah ditangani dengan baik. Benarkah demikian?
Menurut pendapat kami, program pensiun BPJS -TK, sama seperti program lainnya yang disediakan oleh pemerintah, hanya menyediakan jumlah uang pensiun minimum untuk dapat pensiun dengan nyaman. Jika Anda bercita-cita untuk pensiun di Bali misalnya, Anda harus menyimpan lebih banyak uang untuk membiayai masa pensiun Anda.
Atau mungkin Anda berpikir bahwa program pensiun Anda sudah ditangani dengan baik oleh Dana pensiun Perusahaan tempat Anda bekerja ( DPPK ). Silahkan Anda berpikir kembali. Program pensiun DPPK yang semula bersifat manfaat pasti sudah diganti menjadi bersifat iuran pasti. Jadi, yang pasti hanyalah besarnya iuran setiap bulan yang dipotong dari gaji Anda, bukan lagi manfaat yang akan Anda terima.
Membayar biaya investasi dana pensiun yang terlalu tinggi
Kesalahan dalam perencanaan pensiun terakhir yang akan kami bahas di sini adalah membayar biaya investasi yang terlalu tinggi. Di sini, Anda sudah melakukan Langkah yang benar dengan menabung (berinvestasi) dana pensiun tambahan di luar program pensiun BPJS -TK. Investasi yang ada, karena Anda tidak memiliki waktu atau Anda kurang paham investasi, lalu Anda tempatkan di reksadana konvensional (untuk membedakannya dari reksadana bursa atau ETF).
Mungkin buat Anda, biaya Manajer Investasi (reksadana ekuitas) sebesar 1,5% atau 2% per tahun tidaklah banyak. Kami akan mengajak Anda untuk memikirkan kembali biaya yang harus Anda bayarkan untuk berinvestasi dalam jangka Panjang ini.
 Pertama, untuk investasi dana pensiun, Anda akan berinvestasi selama 30 tahun atau bahkan lebih .
Biaya manajer investasi sebesar 1,5% atau 2%, masih harus ditambah biaya  bank custodian  sebesar 0,25% setiap tahun, sebelum biaya-biaya itu dapat dikurangkan dari keuntungan investasi di reksadana. Kalikan jumlah itu dengan 30 tahun, maka akan diperoleh jumlah yang sangat besar. Lagipula, Anda tetap harus membayar biaya manajer investasi bahkan ketika reksadana yang dikelolanya merugi (atau kinerjanya lebih rendah dibanding angka indeks rujukannya).
Saya yakin bahwa Anda tidak akan mempersoalkan biaya manajer investasi yang 'hanya' sebesar 2% per tahun apabila kinerja reksadana itu lebih bagus (outperform) dibandingkan angka indeks rujukannya. Tetapi, fee manajer investasi reksadana tetap harus Anda bayarkan sebesar 2% tidak peduli kinerja reksadananya.
 Kedua, faktor biaya sangat menentukan kinerja reksadana .
Kinerja ( performance ) reksadana selalu dibandingkan dengan angka indeks ( IHSG ). Tanpa biaya-biaya investasi, angka indeks ( IHSG ) adalah sama dengan kinerja rata-rata semua pemodal (investor) saham di bursa. Separoh pemodal yang beruntung akan berada di atas angka indeks. Separuh pemodal lainnya yang kurang beruntung kinerjanya akan berada di bawah angka indeks. Dengan memperhitungkan biaya-biaya, maka jumlah pemodal (investor) yang kinerjanya berada di atas angka indeks akan berkurang banyak.
Anda mungkin berpikir bahwa karena ada manajer investasi reksadana yang 'smart' sehingga kinerjanya akan terus menerus berada di atas angka indeks ( outperform ), bahkan setelah memperhitungkan biaya-biaya, maka Anda akan terus memburu manajer investasi seperti itu.
Kabar buruk bagi Anda, penelitian yang panjang atas kinerja reksadana yang dikelola secara aktif menunjukkan bahwa tidak ada jaminan bahwa manajer investasi yang kinerjanya bagus tahun ini akan tetap bagus ( outperform ) untuk tahun depan.
Karena itu, manajer investasi dilarang menjamin kinerjanya. Sebaliknya, manajer investasi harus mencantumkan (dalam setiap dokumen keterbukaan yang disampaikan kepada nasabahnya), bahwa kinerja masa lalu bukanlah jaminan atas kinerja masa yang akan datang.
 Ketiga, biaya-biaya investasi reksadana bukan saja biaya yang 'kelihatan' seperti biaya manajer investasi dan biaya bank custodian, tetapi juga biaya perputaran dana ( turn over ) portofolio .
Pada reksadana konvensional, perputaran portofolio bisa mencapai 100% atau lebih. Terlebih lagi, tidak ada jaminan bahwa kinerja reksadana akan lebih tinggi daripada kinerja indeks rujukannya (yang bebas biaya). Jadi, di sini Manajer Investasi reksadana konvensional telah mengambil resiko (bertaruh) atas kinerja reksadana menggunakan uang milik pemodal reksadana.
Alternatifnya adalah berinvestasi secara pasif mengikuti indeks saja. Pemodal tidak perlu membayar biaya yang besar untuk fee manajer investasi dan fee bank custodian. Di samping itu, perputaran portofolio (turn over) menjadi sangat kecil karena penjualan dan pembelian saham hanya dilakukan apabila suatu saham keluar atau masuk ke dalam indeks (dua kali dalam setahun).
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS