Lima Tahun Terakhir, Kontribusi Investor Asing di Pasar Modal Terus Menurun
Thursday, January 02, 2020       12:52 WIB

Ipotnews - Kontribusi investor asing dalam perdagangan saham di pasar modal Indonesia semakin menurun dalam lima tahun terakhir. Capaian ini tidak wajar dan harus segera menjadi perbaikan oleh sejumlah regulator terkait agar kembali ada peningkatan investor asing.
"Karena tidak wajar sebetulnya kalau hanya investor domestik yang diapresiasi. Keberadaan dan kontribusi investor asing dalam perdagangan saham di tanah air jelas perlu diperhatikan. Karena itu menjadi cerminan dari sebuah negara seberapa baik dalam memperbaiki regulasi demi menggenjot masuknya investasi, mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional, serta perbaikan iklim dunia usaha," kata Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo, saat dihubungi Ipotnews, Kamis (2/1).
Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 27 Desember 2019, total nilai perdagangan saham di Indonesia sebesar Rp1.453,39 triliun. Jumlah ini sempat turun menjadi Rp1.406,36 triliun pada tahun 2015. Pada tahun 2016, kembali total nilai perdagangan tanah air naik menjadi Rp1.844,58 triliun.
Setahun kemudian, total nilai perdagangan saham kembali sedikit turun menjadi Rp1.809,59 triliun. Tahun 2018, total nilai perdagangan saham kembali meningkat menjadi Rp2.040,08 triliun. Terakhir, tahun lalu total nilai perdagangan saham meningkat lagi menjadi Rp2.219,49 triliun.
Pada periode yang sama, data OJK menunjukkan kenaikan kontribusi investor domestik dan sekaligus penurunan kontribusi investor asing dalam perdagangan saham di Tanah Air. Kontribusi investor domestik semula 59,42% pada 2014, kemudian meningkat menjadi 56,79% pada tahun 2015. Pada tahun 2016, kontribusi investor domestik meningkat menjadi 63,11% dan meningkat lagi menjadi 63,37% pada tahun 2017. Tahun 2018, sempat sedikit menurun menjadi 63,03% dan tahun lalu kembali meningkat menjadi 67,69%.
Sebaliknya, kontribusi investor asing semula 40,58% pada 2014, kemudian meningkat menjadi 43,21% pada tahun 2015. Pada tahun 2016, kontribusi investor asing menurun menjadi 36,89% dan menurun lagi menjadi 36,63% pada tahun 2017. Tahun 2018, sempat sedikit meningkat menjadi 36,97% dan tahun lalu kembali turun menjadi 32,31%.
Menurut Lucky, ini tidak lepas dari pengaruh kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang sebagian memiliki kontroversi yang besar. Seperti memicu perang dagang dengan sejumlah negara. Selain itu, pada era Trump, Bank Sentral AS, The Federal Reserve sempat beberapa kali menaikkan suku bunga acuan.
"Ini membuat bagi sebagian investor asing, bertransaksi di pasar modal luar negeri, terutama AS menjadi lebih menarik dibandingkan di Indonesia," ujar Lucky.
Lucky melihat sepanjang tahun lalu, nilai perdagangan saham di IHSG berada di peringkat 11 di antara 36 bursa saham yang ada di seluruh dunia. Ini menunjukkan ada kenaikan minat transasksi di beberapa bursa saham luar negeri seperti Dow Jones.
Oleh sebab itulah, sejumlah regulator seperti OJK, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia ( KSEI ), Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mendorong meningkatnya partisipasi investor asing dalam perdagangan saham di Indonesia.
Namun itu juga harus didukung oleh sejumlah kementerian dan lembaga seperti Kementerian Keuangan. Selain itu, kementerian-kementerian teknis yang menjadi regulator dari sejumlah pelaku industri emiten terkait juga harus mendukung dengan mempermudah regulasi demi mendongkrak iklim investasi. Seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, BKPM , Kemenko Perekonomian dan Kemenko Kemaritiman dan Investasi.
"Ditambah dengan Kementerian ESDM , karena memang Indonesia masih menjadi negara yang mengandalkan sumber daya alam (SDA)," tutup Bayu.(Adhitya)

Sumber : admin