Minyak Terjungkal di Tengah Penghindaran Risiko dan Apresiasi Dolar
Monday, September 20, 2021       17:29 WIB

Ipotnews - Minyak jatuh lebih dari USD1 per barel, Senin, karena meningkatnya penghindaran risiko membebani pasar saham dan mendorong dolar AS.
Dolar AS, dipandang sebagai  safe-haven , melesat karena kekhawatiran tentang solvabilitas pengembang properti China, Evergrande, menakuti pasar ekuitas, selain itu investor bersiap menyambut Federal Reserve untuk mengambil langkah lain menuju  tapering  minggu ini.
"Pasar saham Far East dan dolar yang kuat mempengaruhi minyak," kata Tamas Varga, analis PVM. "Meski demikian, kecuali jika semua kekacauan terjadi, sentimen positif bakal berjaya."
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, merosot USD1,27 atau 1,7%, menjadi USD74,07 per barel pada pukul 16.41 WIB, setelah jatuh serendahnya USD73,75 di awal sesi, demikian laporan  Reuters,  di London, Senin (20/9).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut USD1,33, atau 1,9%, menjadi USD70,64 per barel.
Dolar yang lebih kuat membuat minyak yang dihargakan dalam  greenback  lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, dan umumnya mencerminkan  risk aversion  yang lebih tinggi, yang cenderung membebani harga minyak.
Brent melonjak 43% tahun ini, didukung pengurangan pasokan oleh Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutu dan pemulihan permintaan setelah kejatuhan akibat pandemi tahun lalu.
Minyak mendapatkan dukungan tambahan dari penutupan pasokan di Teluk Meksiko Amerika akibat hantaman badai baru-baru ini, tetapi pada sesi Jumat perusahaan migas melaporkan hanya 23% produksi minyak mentah masih  offline,  atau 422.078 barel per hari.
Produksi Amerika di Teluk Meksiko, yang ditutup akibat badai, secara bertahap kembali ke pasar," kata Carsten Fritsch, analis Commerzbank.
Kenaikan jumlah rig Amerika, indikator awal output di masa mendatang, menuju level tertinggi sejak April 2020 juga membatasi harga. (ef)

Sumber : Admin