Mata Uang dan Indeks Saham Emerging Market Asia Mayoritas Melemah
Thursday, September 17, 2020       13:33 WIB

Ipotnews - Sebagian besar mata uang emerging markets (EM) Asia jatuh melemah terhadap dolar AS pada hari Kamis (17/9), setelah Federal Reserve (The Fed) meningkatkan prospek pertumbuhan PDB AS 2020. Saham EM Asia juga demikian, berada di jalur negatif mengikuti Wall Street yang tertekan.
Sejumlah mata uang yang melemah adalah yuan -0,32%, ringgit -0,39%, peso -0,19% won -0,08%, dolar Singapura -0,26%, dan baht -0,45%. Sementara mata uang yang menguat adalah rupiah 0,17% dan dolar Taiwan 0,60%, demikian laporan dari Reuters, Kamis siang.
Greenback sebelumnya telah berada di bawah tekanan sejak The Fed mengumumkan perubahan kebijakan. Namun dolar AS kini bergerak menguat setelah bank sentral AS memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut akan menyusut 3,7% pada tahun 2020. Proyeksi ini jauh lebih kecil dari kontraksi 6,5% yang diperkirakan sebelumnya.
Rupiah berada dalam kondisi menguat untuk sesi ketiga berturut-turut di tengah ekspektasi Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat yang stabil.
Investor juga akan mencermati pertemuan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) pada hari ini. BI harus menyeimbangkan kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lesu dengan kekhawatiran penurunan suku bunga acuan dapat menambah tekanan pada rupiah yang dalam tren melemah akhir-akhir ini. Bank sentral diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan.
Lembaga pemeringkat S&P Global mengatakan dalam sebuah laporan pada hari Rabu bahwa BI sedang mempertaruhkan reputasi pasar Indonesia, peringkat kredit negara dan bahkan bisa mendorong perekonomian Indonesia mengalami krisis besar-besaran jika mereka terus membeli surat utang pemerintah setelah krisis.
"Meskipun pemerintah telah menyatakan tidak setuju dengan beberapa perubahan yang diusulkan, masih terlalu dini untuk menilai bagaimana hukum akan berjalan dengan baik dan investor kemungkinan besar akan tetap memilih berhati-hati untuk beberapa waktu, "kata Wei Liang Chang, ahli strategi makro di bank DBS Singapura.
Baht, peso, dan ringgit Malaysia termasuk yang mengalami pelemahan terbesar pada siang ini di EM Asia.
Di pasar saham, semua indeks saham EM Asia juga mengalami pelemahan. Indeks saham China melemah -0,99%, India -0,56%, Indonesia -0,08%, Malaysia -0,82%, Fillipina -0,98%, Korea Selatan -1,22%, Singapura -0,08%, Taiwan -0,91% dan Thailand -0,17%.
Pasar saham EM Asia mengikuti Wall Street yang tengah mengalami pelemahan. Indeks saham AS sempat menguat setelah The Fed berjanji untuk mempertahankan suku bunga mendekati nol sampai inflasi berada di jalur untuk melampaui target 2%. Tetapi investor kemudian melakukan aksi mengambil untung melepas sahamnya dan mengakibatkan pelemahan Wall Street.
The Fed mengumumkan perubahan kebijakan yang memungkinkan toleransi yang lebih besar terhadap inflasi. Beberapa analis mengatakan kebijakan The Fed yang dovish telah diperhitungkan pasar sampai batas tertentu.
"Komitmen dovish ditegaskan kembali tetapi tidak ada pendekatan aktif lebih lanjut yang diambil untuk menunjukkan komitmen dovish untuk memenuhi tujuan inflasi," kata analis Maybank dalam sebuah catatan.
Indeks saham Singapura sempat naik sebanyak 0,5% setelah muncul data kinerja ekspor pada bulan Agustus ternyata lebih tinggi dari perkiraan ekspor. Namun indeks saham Singapura akhirnya berbalik melemah seperti EM Asia yang lain.
"Bertentangan dengan ekspektasi pandemi global yang menghantam ekspor regional dengan keras, Singapura telah bertahan dengan baik sepanjang tahun ini," tulis analis di bank ING.
"Data ini seharusnya memberikan kenyamanan lebih bagi bank sentral untuk menjaga sikap kebijakan netral pada tinjauan kebijakan tengah-tahunan mendatang di bulan Oktober," ujar analis tersebut.(Adhitya)

Sumber : admin