Menetapkan Asumsi Dalam Perencanaan Pensiun
Friday, December 10, 2021       15:30 WIB

Perencanaan pensiun melibatkan kejadian-kejadian di masa depan yang serba tidak pasti. Satu-satunya hal yang pasti hanyalah bahwa masa pensiun itu pasti terjadi, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap.
Dalam membuat perencanaan pensiun, kita harus membuat beberapa asumsi yang mendasar. Beberapa asumsi akan sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh dalam perencanaan pensiun. Asumsi yang telah dibuat harus dipahami betul, begitu juga dengan implikasinya jika asumsi tersebut tidak terpenuhi. Dengan memahaminya, kita dapat mengambil tindakan yang perlu untuk mengurangi efek yang timbul ketika asumsi itu tidak terpenuhi.
Usia Pensiun
Asumsi pertama adalah masa kerja (sampai pensiun), dan usia harapan hidup sejak pensiun (sampai meninggal). Usia pensiun ditentukan dalam peraturan perusahaan. Usia pensiun normal saat ini, biasanya, adalah enam puluh tahun. Kemudian, ada usia pensiun dipercepat yaitu maksimal sepuluh tahun sebelum usia pensiun normal. Ada bermacam alasan bagi seorang karyawan untuk mengambil pensiun dipercepat, terutama adalah alasan kesehatan yang buruk atau alasan pindah tempat tinggal.
Dalam perencanaan pensiun di artikel ini, telah diasumsikan bahwa pihak yang akan pensiun adalah karyawan, masa kerjanya dimulai sejak lulus kuliah universitas (Strata-1) pada usia 25 tahun, dan karyawan ini akan terus bekerja sampai dengan usia pensiun normalnya (usia enam puluh tahun). Ini merupakan asumsi yang penting, karena menujukkan tingkat kesehatan seseorang dan keyakinannya untuk dapat terus bekerja sampai usia pensiun yang dipilihnya, serta menunjukkan banyaknya dana pensiun yang dapat diambil selama dia bekerja.
Usia Harapan Hidup
Diasumsikan juga bahwa usia harapan hidup orang ini adalah delapan puluh tahun. Jadi, orang ini diasumsikan akan tetap hidup sampai dengan dua puluh tahun sejak ia pensiun. Asumsi ini juga penting karena menunjukkan lamanya masa penarikan dana punsiun untuk orang itu.
Sebenarnya, kekhawatiran setiap orang dengan perencanaan pensiun yang dibuat untuk dirinya adalah bahwa dia akan hidup 'terlalu lama', dalam arti bahwa dia hidup lebih lama dari pada yang telah direncanakannya. Berusia panjang tentu saja merupakan rahmat dari Tuhan YME yang patut disyukuri. Tetapi, berusia panjang tanpa memiliki uang yang cukup di kantong pasti bukan hal yang diinginkan siapa pun.
Berdasarkan data statistik, usia harapan hidup di Indonesia untuk seorang laki-laki adalah 68 tahun dan seorang perempuan adalah 70 tahun. Data statistik ini harus diperbarui dengan data yang lebih baru, karena usia harapan hidup menusia cenderung untuk meningkat tiap tahun, antara lain karena peningkatan kualitas hidup dan peningkatan sarana pelayanan kesehatan.
Tetapi, usia harapan hidup hanya menunjukkan angka rata-rata umur manusia pada saat sekarang. Mengasumsikan bahwa seseorang akan hidup sampai berusia delapan puluh tahun pada saat angka usia harapan hidup hanya tujuh puluh tahun kelihatan sangat masuk di akal. Akan tetapi, pada kenyataannya, bisa saja orang dapat tetap hidup sampai usia sembilan puluh tahun, bahkan lebih.
Asuransi Jiwa dan Anuitas
Untuk itulah, penting sekali diingat bahwa perencanaan pensiun melibatkan bayak asumsi atas kejadian-kejadian di masa yang akan datang. Kalau ada kekhawatiran bahwa seorang pensiunan, atau pasangannya, akan hidup lama atau sangat lama setelah pensiun, maka sangat disarankan baginya untuk membeli produk anuitas yang dijual oleh perusahaan asuransi jiwa.
Produk anuitas merupakan kebalikan dari produk asuransi jiwa dalam arti bahwa jika produk asuransi jiwa akan membayar sejumlah uang jika Tertanggung meninggal dunia (sebelum waktunya), maka produk anuitas akan terus membayar (tiap bulan) kepada Tertanggung sampai Tertanggung meninggal dunia.
Dengan perkataan lain, dapat disimpulkan bahwa nasabah yang membeli produk asuransi jiwa akan ' diuntungkan ' apabila ia meninggal dunia (sebelum waktunya), dan nasabah yang membeli produk anuitas akan ' diuntungkan ' jika ia berumur panjang, karena ia berhak mendapatkan pembayaran yang lebih lama.
Investasi Dana Pensiun
Asumsi lain yang harus dibuat dalam perencanaan pensiun ini adalah mengenai investasi dana pensiun dan tingkat hasil pengembangan investasinya. Asumsi ini sangat penting, tetapi juga sangat sulit untuk dibuat.
Misalmya, tingkat suku bunga deposito bank memang dpat diketahui saat ini, tapi jangka waktu deposito bank sangat pendek, sementara perencanaan pensiun melibatkan investasi selama beberapa dekade. Demikian pula, investasi dana pensiun (jangka panjang) ke dalam instrumen reksadana pasar uang, bukanlah tindakan yang tepat untuk dilakukan.
Untuk instrumen yang berjangka waktu lebih panjang, misalnya obligasi atau instrumen pendapatan tetap lainnya, tingkat imbal hasil investasinya memang telah diketahui pada waktu obligasi itu dibeli sampai dengan tanggal jatuh tempo obligasi tersebut (dikenal dengan istilah  Yield to Maturity ). Tetapi obligasi umumnya dijual dalam pecahan besar (kecuali obligasi ritel), dan tidak pas untuk investasi uang pensiun individu.
Demikian pula untuk investasi dana pensiun di dalam reksadana pendapatan tetap, karena Manajer Investasi berhak untuk setiap waktu mengubah investasinya ke dalam obligasi lain yang dianggap lebih menguntungkan. Pemegang unit penyertaan reksadana pendapatan tetap, dengan demikian, tidak dapat mengklaim memiliki obligasi tertentu yang ada dalam portofolio reksadananya.
Perlu diingat bahwa nilai obligasi (walaupun namanya adalah instrumen pendapatan tetap), akan berfluktuasi mengikuti tingkat suku bunga sejak tanggal obligasi itu diterbitkan hingga tanggal obligasi jatuh tempo. Jika suku bunga naik, maka nilai obligasi akan turun, demikian pula sebaliknya.
Pada umumnya, perencana pensiun akan menganjurkan orang untuk menginvestasikan dana pensiunnya ke dalam instrumen bersifat ekuitas (saham). Ini karena jangka waktu berinvestasi untuk dana pensiun yang panjang dan sifat instrumen ekuitas adalah sebagai sarana lindung nilai ( hedge ) terhadap resiko inflasi.
Tentu saja, membeli saham individual akan sangat berisiko bagi seorang nasabah yang hendak merencanakan pensiunnya. Demikian pula, membeli reksadana ekuitas, masih termasuk tindakan yang beresiko tinggi, karena fluktuasi harga saham yang sangat besar.
Sebagai perencana keuangan, kami sangat menganjurkan untuk membeli reksadana bursa (Exchange Traded Fund atau ETF) yang bersifat pasif. Imbal hasil ETF yang pasif mengikuti indeks saham hanya bergantung pada pergerakan harga indeks saham itu sendiri, bukan prediksi Manajer Investasi atau analis saham pada reksadana ekuitas konvensional.
Berbagai studi yang panjang atas imbal hasil  mutual fund  (reksadana) yang dikelola secara aktif di Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya telah menunjukkan bahwa, dalam jangka panjang, kinerja  mutual fund  yang dikelola secara aktif tidak dapat mengalahkan kinerja ETF yang dikelola secara pasif.
Penyebab gagalnya kinerja  mutual fund  mengalahkan kinerja ETF yang pasif adalah (1) biaya-biaya pengelolaan aktif, (2) reksadana aktif adalah  zero sum game , dan (3) teori  efficient market hypothesis . Pembaca yang tertarik akan perbandingan kinerja mutual fund dan kinerja ETF dapat membaca artikel tentang hal ini dalam tulisa-tulisan terdahulu di IPOTNEWS.
Biaya-biaya setelah Pensiun
Asumsi terakhir dalam perencanaan pensiun adalah tentang biaya-biaya yang akan dikeluarkan pada masa pensiun. Biaya-biaya ini terutama adalah;
  1. Biaya makan sehari-hari; relatif mudah ditaksir (menggunakan asumsi tingkat inflasi).
  2. Biaya perumahan; dengan mengasumsikan bahwa semua utang-utang KPR telah lunas sebelum pensiun, maka hanya biaya perawatan dan pajak tanah dan bangunan (catatan: biaya perawatan atau  maintenance , untuk pensiunan yang tinggal di apartemen bisa berjumlah cukup signifikan)
  3. Biaya transportasi; mengingat bahwa orang yang telah pensiun tidak perlu berangkat pergi dan pulang kerja, dan mengasumsikan bahwa semua utang kredit kendaraan bermotor telah dilunasi sebelum pensiun, maka dapat dianggap relatif minim jumlahnya
  4. Biaya perawatan kesehatan; tergolong sulit untuk ditaksir berapa besarnya, sehingga sangat disarankan untuk membeli asuransi kesehatan yang menjamin biaya perawatan sampai seumur hidup. Premi asuransi Kesehatan tergolong mahal jika dibeli pada usia lanjut atau kondisi kesehatan yang buruk. Tetapi premi asuransi kesehatan relatif murah sekali jika dibeli pada usia muda dan kondisi kesehatan prima.
  5. Biaya travel dan  entertainment. 

 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : Admin