Mengapa Teknik Pengelolaan Dana Secara Aktif adalah Loser’s Game?
Tuesday, February 23, 2021       18:26 WIB

Pada artikel sebelumnya yang berjudul " Mengapa Teknik Pengelolaan Dana Secara Pasif Berhasil? " kita telah melihat bahwa ada tiga faktor utama yang membuat teknik pengelolaan dana secara pasif berhasil (menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dari teknik pengelolaan dana secara aktif).
Ketiga factor itu adalah (1) biaya-biaya pengelolaan dana, (2) pengelolaan dana adalah ' zero sum game ' dan (3) efisiensi pasar. Mungkin anda ingin membaca lagi faktor-faktor mengapa teknik pengelolaan dana secara pasif itu berhasil?
Sekarang kita akan melihat apa saja tindakan Manajer Investasi dalam pengelolaan reksadana secara aktif, yang membuat mereka gagal memberikan kinerja di atas kinerja indeks yang menjadi rujukan portofolionya. Dalam hal ini kita akan mengambil contoh teknik pengelolaan reksadana bersifat ekuitas.
Kita akan membandingkan teknik pengelolaan dana secara pasif dengan teknik pengelolaan dana secara aktif. Seperti biasa, karena data pada industri reksadana kita tidak cukup panjang, kita akan merujuk pada data riset di Amerika Serikat.
Teknik pengelolaan dana yang dilakukan oleh sebagian besar manajer investasi reksadana ekuitas di dunia, pada dasarnya menyatakan bahwa teknik pengelolaan dana secara aktif tidak dapat menghasilkan kinerja di atas kinerja indeks.
Kesimpulan itu dibuat berdasarkan temuan atas tiga hal: (1) Kinerja rata-rata reksadana berada di bawah tolok ukurnya setelah memperhitungkan biaya-biaya reksadana. (2) Kinerja dari reksadana-reksadana terbaik tidak bertahan lama. (3) Beberapa manajer investasi menunjukkan bahwa mereka mempunyai kemampuan ( skill ) mengelola dana, tetapi hanya sedikit sekali manajer investasi yang memiliki kemampuan ( skill ) di atas biaya-biaya ( costs ).
Pada dasarnya, sebelum manajer investasi menjadi profesi yang dikenal luas di masyarakat, ada anggapan bahwa industri pengelolaan dana oleh institusi adalah  winer's game . Mengelola dana bagi institusi (dana pensiun, asuransi jiwa, atau reksadana) saat itu relatif mudah untuk dilakukan.
Tugas Manajer Investasi adalah mengalahkan kinerja pasar yang diwakili indeks. Saat itu tidak banyak dana (milik institusi) yang dikelola manajer investasi.
Di pasar, manajer investasi akan berhadapan dengan para pemodal individual, yang mengelola investasi dalam jumlah agregat yang besar namun relatif tidak sistematis dalam pengelolaan dana miliknya. Misalnya, diperkirakan bahwa pembelian suatu jenis saham banyak dilakukan hanya berdasarkan rumor saja, bukan berdasakan riset yang kuat.
Pada saat itu, dengan dukungan riset yang lebih baik dan teknik pengelolaan dana yang lebih sistematis, Manajer Investasi akan cukup mudah mengalahkan pemodal individual. Saat itu, dapat dikatakan bahwa industri pengelolaan dana (institusi) adalah  winer's game .
Tetapi, apakah kondisi industri pengelolaan dana masih seperti dulu? Saat ini, pemodal ritel, walaupun jumlahnya masih besar, dana yang dihimpunnya sudah jauh lebih kecil dibanding dana yang dihimpun oleh pemodal institusi (dana pension, asuransi jiwa, dan reksadana).
Saat ini, dapat dikatakan bahwa manajer investasi akan berhadapan dengan manajer investasi lain di pasar. Tiap-tiap manajer investasi akan membawa serta bersamanya tim pengelola dana dan tim riset yang akan melakukan analisis fundamental maupun analisis teknikal atas suatu saham sebelum dibeli.
Karena manajer investasi yang satu akan berhadapan dengan manajer investasi yang lain, sangat sulit untuk menghasilkan  alfa  (kinerja di atas kinerja indeks acuan). Karena jumlah dana yang dikelola pemodal individual secara agregat makin sedikit, dapat dikatakan bahwa pemodal institusi akan berhadapan dengan pemodal institusi yang lain.
Ingat bahwa pasar modal pada kondisi ini adalah  zero sum game . Keuntungan dari satu pemain saham, akan merupakan kerugian dari satu atau beberapa pemain lainnya di pasar.
Kondisi industri pengelolaan dana saat ini, dapat dikatakan telah berubah menjadi  loser's game . Mengelola dana dengan teknik pengelolaan dana secara aktif berarti harus mengeluarkan biaya yang besar untuk manajer investasi, riset, dan administrasi dana yang mahal.
Ketika kita telah mengeluarkan biaya yang besar untuk manajer investasi, riset, dan administrasi, ternyata kinerja portofolio yang kita kelola tidak meningkat banyak, karena manajer investasi yang lain ternyata juga melakukan hal yang sama.
Setiap kali terdapat aset saham yang  mispriced  di pasar, aset tersebut akan segera dinetralkan oleh pelaku pasar. Dikatakan bahwa pada kondisi sekarang, pasar modal telah lebih efisien.
Pada kondisi pasar modal sekarang ini, di mana pemodal institusi berhadapan dengan pemodal institusi lainnya ( zero sum game ), dan sulitnya menemukan aset saham yang  mispriced  ( efficient market theorem ), maka tidaklah mungkin bagi manajer investasi untuk membebankan biaya pengelolaan dana (biaya manajer investasi dan biaya bank kustodian) yang besar.
Kalau begitu, mengapa tidak mengelola dana secara pasif saja?
Atau, pertanyaan yang sama dapat diajukan kepada para pemodal reksadana yang masih dikelola aktif... Kalau reksadanamu saat ini tidak dapat memberikan imbal hasil ( return ) yang lebih baik daripada indeks rujukannya, mengapa tidak berinvestasi Exchange Traded Fund (ETF) yang memberikan imbal hasil sesuai dengan indeks rujukan?
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS