Merespons Sinyal The Fed, Mata Uang dan Saham Asia Berguguran
Thursday, February 09, 2023       14:41 WIB

Ipotnews - Saham dan mata uang di emerging market Asia tergelincir, Kamis, karena sentimen risiko diredam oleh pejabat Federal Reserve yang menggemakan retorika Chairman Jerome Powell tentang suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu lebih lama.
Saham di Manila, Singapura dan Kuala Lumpur melorot antara 0,3% dan 1%. Ekuitas di Taipei dan Mumbai juga turun, demikian laporan  Reuters,  di Bengaluru, Kamis (9/2).
Saham di Shanghai, di sisi lain, melawan tren karena kekhawatiran seputar insiden balon mata-mata mulai mereda, dan beberapa analis meningkatkan proyeksi pertumbuhan bagi ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Sentimen kehati-hatian membayangi Wall Street, tadi malam, setelah pejabat Fed mengatakan lebih banyak kenaikan suku bunga akan terjadi.
Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan pertempuran bank sentral untuk mencapai target inflasi 2% "mungkin akan menjadi pertarungan yang panjang."
Presiden Fed New York John Williams mengatakan pergerakan ke suku bunga federal antara 5,00% dan 5,25% "tampaknya pandangan yang sangat masuk akal tentang apa yang perlu kita lakukan tahun ini untuk menurunkan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan."
Saham Asia memulai 2023 dengan pijakan yang lebih kuat, berkat China yang mengakhiri kebijakan pembatasan nol-Covid pada akhir 2022. Yang juga membantu mengangkat sentimen adalah investor yang berspekulasi the Fed akan mencapai akhir dari siklus pengetatan kebijakannya.
Namun, saham kehilangan tenaga dalam beberapa pekan terakhir karena tekanan inflasi yang berkepanjangan dan kekhawatiran atas suku bunga yang lebih tinggi.
"Sentimen hati-hati yang kita lihat di pasar Asia mencerminkan kekhawatiran lanjutan tentang the Fed," kata Irene Cheung, analis ANZ di Singapura.
"Sebagian besar pergerakan relatif kecil saat ini dan saya perkirakan berlanjut menjelang data CPI (Amerika) Selasa depan."
Mata uang di wilayah tersebut juga berguguran.
Baht Thailand terdepresiasi 0,3%, dengan harga minyak yang lebih tinggi juga membebani mata uang itu, yang mencatat kinerja terbaik di Asia tahun ini.
Ringgit turun 0,2%. Malaysia dijadwalkan mempublikasikan data produk domestik bruto (PDB) untuk kuartal keempat, Jumat.
Survei yang dilakukan  Reuters  menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Malaysia kemungkinan melambat lebih dari setengahnya menjadi 6,6% pada kuartal keempat 2022 karena konsumsi dan permintaan global yang melemah.
Yuan menguat 0,2%, didukung tanda-tanda pengetatan di pasar uang dan ekspektasi bahwa data akan menunjukkan pertumbuhan kredit yang solid.
Rupee India melemah 0,1% sehari setelah Reserve Bank of India mengumumkan kenaikan suku bunga 25 basis poin, sesuai ekspektasi, dan membiarkan pintu terbuka untuk pengetatan lebih lanjut. (ef)

Sumber : Admin