Merger Indosat-Smartfren Tidak Masuk Akal: Citigroup
Monday, February 11, 2019       16:10 WIB

Ipotnews - Rumor merger PT Indosat Tbk () dan PT Smartfrend Telecom Tbk () telah mendongkrak harga saham kedua perusahaan telekomunikasi itu, lebih dari 100 persen, selama sebulan terakhir. Namun menurut Citigroup Inc. rumor tentang merjer kedua perusahaan tidak masuk akal.
Sejak awal (2/1) Januari harga saham hingga hari ini, Senin (11/2), sudah menggelembung hampir 170 persen. Sedangkan harga saham sudah melesat melebihi 110 persen.
Analis Citigroup, Arthur Pineda dan Hussaini Saifee menulis, secara rasional konsolidasi perusahaan akan dilakukan jika dapat meningkatkan penerimaan ( revenue ), membantu menghemat biaya ( cost saving ) atau menciptakan keunggulan kompetitif.
"Dalam kasus Indosat, dengan rumor akhir-akhir ini yang berfokus pada penggabungan dengan PT Smartfren Telecom, tidak akan menghadirkan satu pun dari ketiga hal tersebut," tulis Citigroup, seperti dikutip Bloomberg, Senin (11/2).
Sebelumnya, saham juga sempat bergerak liar dipicu oleh rumor kesepakatan dengan Vietnam Viettel Global Investment JSC.
Spekulasi tentang kesepakatan -Fren mulai terdengar setelah Smartfren mengumpulkan dana Rp6,7 triliun melalui penawaran umum pada Oktober, tahun lalu. Harga saham sempat melonjak hingga 190 persen tahun ini, menjadikannya perusahaan telekomunikasi terbesar berdasarkan nilai pasar setelah PT Telekomunikasi Indonesia Persero ().
Citigroup mencatat, Smartften adalah operator yang "merugi" secara material, yang hanya menghasilkan seperempat dari pendapatan bisnis seluler Indosat. Selain itu, itu jangkauan jaringan dan juga saling tumpang tindih.
Citigroup juga menyoroti bahwa bahwa tidak adanya kerangka kerja spektrum regulasi yang menguntungkan, merupakan kelemahan lain dari rumor merger tersebut. Jika konsolidasi benar-benar terjadi, boleh jadi justru PT Telekomunikasi Indonesia dan PT XL Axiata () yang akan "mendapat manfaat lebih banyak," kata Citigroup.
"Kami melihat pembicaraan merger/akuisisi hanya spekulatif, kepantasan dan kemungkinan merger sangat rendah hingga terjadi perubahan regulasi atau muncul mitra potensial yang lebih baik," tulis Pineda dan Saifee dalam catatan tersebut, dan memeri rekomendasi jual untuk .
"Di sisi lain, kerugian diperkirakan akan bertahan hingga tahun anggaran 2020 dengan peningkatan belanja modal yang membebani pengeluaran," mereka menambahkan. (Bloomberg/kk)

Sumber : Admin