Ipotnews - Tim Analis Indo Premier Sekuritas mempertahankan rekomendasi Buy terhadap saham PT HM Sampoerna Tbk () serta menaikkan target price (TP) menjadi Rp4.200/saham dari TP sebelumnya Rp3.950/saham. TP tersebut menyiratkan rasio PE sebesar 33,5 kali.
Analis Indo Premier Sekuritas Raditya Immanzah memperkirakan volume industri akan pulih meskipun ke depan persaingan juga akan meningkat. Perekonomian yang kuat merupakan katalis bagi Industri rokok.
"Risiko kunci rekomendasi tersebut adalah perlambatan kondisi makro ekonomi dan ekspektasi kenaikan pajak lebih tinggi dari perkiraan," ujarnya.
Kinerja
Laba dalam 9 bulan 2018 (9M18) naik 3,8 persen menjadi Rp9,6 triliun. Revenue tumbuh 7 persen didorong oleh kenaikan harga rokok. Harga jual rata-rata (ASP) naik 7 persen (YoY).
Manajemen menyatakan penjualan rokok tumbuh 1 peren (YoY) menjadi 26,5 miliar batang di periode 3Q18 dibandingkan dengan periode 2Q sebanyak 25,0 miliar. Sementara pada 1Q sebanyak 23 miliar batang. Ini sejalan dengan tren penjualan industri yang membaik pada 3Q18 (sebanyak 80,3 miliar batang atau naik 1,4 persen YoY) setelah tumbuh negatif pada 1H18.
"Diduga penjualan yang mengalami perubahan karena faktor pelaksanaan Asian Games dan akhir bulan puasa. Penting dicatat bahwa ini juga katalis bahwa situasi perekonomian Indonesia masih kuat di sepanjang 9M18," ujar Raditya.
Pelemahan Marjin
Marjin kotor sebesar 23,6 persen pada 9M18 atau turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 24,3 persen. Hal ini terjadi karena pelaksanaan cukai rokok naik signifikan sebesar 15 persen pada 2018.
Sigaret Kretek Mesin (SKM) berkontribusi 71 persen terhadap marjin dibanding tahun lalu sebesar 68 persen. Kontribusi SKM ini dapat dikaitkan ke varian merek Dji Sam Soe Magnum Mild isi 16 batang yang terus berkinerja kuat pada 3Q18 dengan pangsa pasar 9,4 persen.
Upgrade Laba
Indo Premier menaikkan proyeksi laba sebesar 3 persen pada 2018 seiring revisi kenaikan harga jual sebesar 6 persen dari sebelumnya 5,5 persen.
Hal ini berdasrakan temuan di gerai ritel modern bahwa mereka menaikkan harga jual produk kurang dari 4 pekan. Diyakini harga jual beberapa produk akan naik lebih tinggi dari inflasi.
Temuan lain juga menunjukkan bahwa tren belakangan ini menuju ke e-cigarettes sudah mulai berkurang karena konsumen bergeser kembali ke rokok konvensional akibat aturan segmen e-cigarretes serta harga yang mahal. mendapat keuntungan dari pergeseran ini.
(Riset Indo Premier Sekuritas)
Year To 31 Dec | 2016A | 2017A | 2018F | 2019F | 2020F |
Revenue (RpBn) | 95,467 | 99,091 | 103,920 | 110,538 | 116,544 |
EBITDA (RpBn) | 16,745 | 16,977 | 17,444 | 19,166 | 20,527 |
EBITDA Growth (%) | 13.9 | 1.4 | 2.8 | 9.9 | 7.1 |
Net Profit (RpBn) | 12,762 | 12,670 | 13,020 | 14,261 | 15,233 |
EPS (Rp) | 115 | 114 | 117 | 128 | 137 |
EPS Growth (%) | 23.1 | (0.7) | 2.8 | 9.5 | 6.8 |
Net Gearing (%) | (14.5) | (21.7) | (17.4) | (17.3) | (17.1) |
PER (x) | 34.5 | 34.7 | 33.8 | 30.8 | 28.9 |
PBV (x) | 12.9 | 12.9 | 12.9 | 12.4 | 12.1 |
Dividend Yield (%) | 2.4 | 2.8 | 2.9 | 2.9 | 3.2 |
EV/EBITDA (x) | 26.4 | 26.1 | 25.4 | 23.1 | 21.6 |
source: , Indo Premier Sekuritas ; Share Price Closing as of 26 October 2018 |
Sumber : admin