Minat pada Aset Berisiko Meningkat, "Greenback" Tak Berdaya
Thursday, August 06, 2020       05:48 WIB

Ipotnews - Dolar AS jatuh terhadap sekeranjang mata uang, Rabu, karena selera risiko meningkat didorong laporan keuangan perusahaan yang kuat dan ekspektasi langkah stimulus bagi perekonomian global yang terpukul pandemi virus korona.
Investor Amerika Serikat dan Eropa memburu saham pada sesi Rabu setelah perusahaan di dua wilayah tersebut merilis laporan keuangan yang positif.
Dolar AS, mata uang  safe-haven,  biasanya melemah ketika investor lebih nyaman memegang aset berisiko, demikian laporan  Reuters  dan  Xinhua,  di New York, Rabu (5/8) atau Kamis (6/8) pagi WIB.
Indeks Dolar AS (Indeks DXY), yang mengukur kekuatan  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama, terakhir turun 0,334% menjadi 92,84, tetapi di awal sesi sempat mendekati level terendah lebih dari dua tahun, yakni 92,593, yang disentuh pekan lalu.
"Jelas sekali, kita melihat selera risiko rebound di pasar global," kata Karl Schamotta, Kepala Strategi Pasar Cambridge Global Payments, Toronto.
Saham Wall Street juga menjadi lebih menarik bagi investor luar negeri karena dolar tertekan dalam beberapa pekan terakhir, didorong kekhawatiran tentang penurunan ekonomi Amerika selama pandemi virus korona.
Dolar memperpanjang pelemahan, Rabu, setelah Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP, yang memperlihatkan pertumbuhan penggajian swasta AS melambat tajam pada periode Juli, menunjukkan hilangnya momentum di pasar tenaga kerja.
"Data ADP yang lemah menunjukkan bahwa kita mungkin melihat pelemahan lebih lanjut ketika laporan penggajian non-pertanian diumumkan Jumat," kata Schamotta. "Itu membebani prospek dolar terhadap mata uang utama lainnya."
Terhadap franc Swiss, dolar jatuh ke level terendah lebih dari lima tahun, dan terakhir diperdagangkan turun 0,6% menjadi USD0,9082.
Aktivitas bisnis zona euro kembali ke jalur pertumbuhan moderat pada Juli karena banyak pembatasan yang diberlakukan untuk menghentikan penyebaran virus korona mulai dilonggarkan, sementara perkiraan resmi menunjukkan volume penjualan ritel rebound pada Juni.
Investor juga mencermati negosiasi antara Gedung Putih dan petinggi Partai Demokrat di kongres yang berupaya mencapai kesepakatan terkait paket bantuan virus korona. Para pejabat belum mencapai titik temu, Rabu, setelah lebih dari sepekan menggelar pertemuan, dengan beberapa di antaranya mengatakan mereka menganggap Jumat sebagai tenggat waktu untuk mencapai kesepakatan atau membatalkan RUU tersebut.
Dolar Australia, yang cenderung naik ketika sentimen risiko membaik, terakhir menguat 0,47% menjadi USD0,7194.
Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi USD1,1860 dari USD1,1783 dan poundsterling menguat jadi USD1,3115 dari USD1,3057 di sesi sebelumnya. Dolar AS dibeli 105,62 yen, lebih rendah dari 105,76 yen Jepang, dan  greenback  turun ke posisi 1,3280 dolar Kanada dari 1,3342 dolar Kanada. (Adhitya/ef)

Sumber : Admin