Minat Asing pada Saham EM Asia Naik Pesat di Januari, Didukung Ekspektasi Suku Bunga The Fed dan Pelemahan Dolar
Thursday, February 09, 2023       15:37 WIB

Ipotnews - Saham-saham emerging market Asia, di luar China, menerima aliran masuk besar-besaran dana asing pada Januari lalu. Investor mengekspektasikan Federal Reserve AS akan memperlambat laju kenaikan suku bunga dan dolar melemah terhadap mata uang regional.
Data dari bursa saham di Taiwan, India, Filipina, Vietnam, Thailand, Indonesia dan Korea Selatan menunjukkan bahwa investor asing kembali membeli ekuitas regional senilai USD8,8 miliar sepanjang Januari. Sepanjang tahun lalu, asing telah menjual ekuitas senilai USD57,2 miliar.

Keputusan China untuk membuka kembali perbatasannya juga memicu harapan bahwa aktivitas pabrik dan ekspor kawasan itu akan lebih kuat tahun ini, karena akan menongkrak keuntungan.
Taiwan dan Korea Selatan mencatatkan pembelian terbesar ekuitas bulanan oleh asing, setidaknya dalam dua tahun terakhir. Pada Januari lalu masing-masing mencatatkan arus masuk bersih sekitar USD6,6 miliar dan USD5 miliar.
"Ekspektasi akan segera berakhirnya siklus kenaikan suku bunga The Fed memberikan beberapa dukungan untuk sektor pertumbuhan yang sensitif terhadap suku bunga," kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG.
"Kondisi ini bisa menjelaskan tentang arus masuk yang kuat di Taiwan dan Korea Selatan, yang lebih terpapar pada saham-saham pertumbuhan," imbuhnya, seperti dikutip Reuters, Kamis (9/2).
Sementara itu, pasar ekuitas di Thailand, Vietnam, dan Filipina juga menerima dana asing masing-masing senilai USD565 juta, USD178 juta, dan USD122 juta di Januari.
Indonesia masih sedikit minus, tapi sudah jauh lebih baik dibanding Desember lalu. Sedangkan pasar ekuitas India masih mengalami pelarian dana asing senilai USD3,52 miliar, karena valuasi yang lebih tinggi dan dampak dari kemerosotan saham akibat gulungan skandal Adani Group.
Indeks MSCI Asia-Pasifik telah naik 7,2% tahun ini setelah turun sekitar 20% pada tahun 2022. Rasio harga terhadap pendapatan 12 bulan ke depan untuk indeks tersebut berada di 13,24 pada akhir Januari, masih di bawah rata-rata 10 tahun sebesar 13,44.
Aman Patel, ahli strategi investasi di Credit Suisse, mengatakan pertumbuhan ekonomi yang melambat ditambah dengan biaya input yang tinggi menempatkan pendapatan dan margin perusahaan regional dalam risiko. Kondisi ini bisa memicu penurunan berikutnya di pasar ekuitas secara luas.
Namun, dia mengekspektasikan kinerja yang berbeda karena penilaian ulang kebijakan China pasca-nol-Covid kemungkinan akan berlanjut karena valuasi masih mendekati rata-rata jangka panjang.
"Rilis permintaan domestik memiliki kapasitas untuk mendorong pertumbuhan lebih tinggi meskipun permintaan eksternal masih lemah," ujarnya. (Reuters)

Sumber : Admin