Minimalkan Risiko Investasi, ETF Berikut Bisa Jadi Pilihan Sepekan ke Depan
Monday, November 04, 2019       10:33 WIB

Ipotnews - Meski ada dorongan positif dari data ketenagakerjaan AS pekan lalu yang melampaui perkiraan, secara keseluruhan perlambatan ekonomi global dan perang dagang masih menghantui pasar saham, khususnya di emerging market. Sehingga investor, masih akan mengalirkan dananya ke pasar uang dan portofolio rendah risiko seperti reksadana.
Terkait itu, manajer investasi Indo Premier Investment Management ( IPIM ) menyarankan investasi ke sejumlah ETF saham. Selain ETF berbasis luas (RLQ45 dan ), untuk meminimalkan volatilitas, juga direkomendasikan ETF (SriKehati) dan (Pefindo I-Grade), yang keduanya memiliki bobot besar di saham , yang dianggap sebagai stok defensif pada saat ketidakpastian pasar.
Lalu, pilihan ETF lainnya adalah (SM-Infra18) dan (saham BUMN ) yang pada pekan lalu tertekan dalam karena dampak negatif paparan signifikan mereka terhadap sektor infrastruktur. Namun, dengan penurunan tajam pekan lalu, dua ETF ini memiliki harga yang menarik, di mana investor bisa memperoleh keuntungan paling besar dari prospek pemulihan pasar ekuitas pekan ini.
Pada pekan lalu, beragam berita dan memudarnya optimisme pada kesepakatan perdagangan AS-China mengaburkan sebagian besar prospek pasar saham global, hingga pada Jumat muncul data manufaktur China pada Oktober yang kuat (51.7 vs 51.0) dan data ketenagakerjaan nonpertanian AS yang mampu melampaui perkiraan (128 ribu vs 89 ribu), yang membalikkan pasar saham global, meski IHSG tetap melemah.
Awal pekan ini, optimisme yang timbul dari kemajuan yang dibuat dalam perjanjian perdagangan tahap pertama AS-China tertutupi oleh langkah Chile membatalkan KTT APEC dan pejabat Cina meragukan kemungkinan kesepakatan perdagangan jangka panjang dengan Presiden Trump di forum tersebut. Namun, dukungan terhadap pasar masih ada dari keputusan Fed untuk memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya pekan lalu, meskipun ada indikasi bahwa penyesuaian pertengahan siklus saat ini akan segera berakhir dan suku bunga akan ditahan.
Sementara itu, IHSG turun 0,72% sepekan kemarin, karena jatuhnya harga saham di sektor infrastruktur dan pertambangan, tertekan kabar Perusahaan Gas Negara () akan mematuhi instruksi pemerintah untuk tidak menaikkan harga (menunda rencana untuk menaikkan harga di November) untuk gas industri, sementara hasil kuartal III (3Q) dari dua perusahaan BUMN , Telekomunikasi Indonesia () dan Jasa Marga (), juga di bawah ekspektasi.
"Secara keseluruhan, momentum keuntungan IHSG tetap lemah - hasil tabulasi kami menunjukkan pendapatan agregat tumbuh hanya 1,5% yoy di 3Q19 (9M19: 4,6% yoy), perlambatan yang ditandai dari pertumbuhan 5,0% di 2Q19 dan 7,8% di 1Q19, karena perlambatan laba di banyak sektor, terutama sektor komoditas," papar IPIM dalam catatannya, Senin (4/11).
Untuk sepekan ke depan, sejumlah kalender ekonomi dan pasar perlu dicermati, yakni rilis data manufaktur Uni Eropa (Senin 16:00), rilis data industri jasa China (Selasa 08.45), rilis data industri jasa AS dan indeks komposit AS (Selasa 21.45), data ISM nonmanufaktur AS (Selasa 22.00), data industri jasa Uni Eropa (Rabu 16.00). Sementara dari dalam negeri, ada rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III (Selasa 11.00) dengan perkiraan konsensus sedikit melemah menjadi 5,01% dari 5,05% pada kuartal II.

Sumber : admin