Minyak Merosot Lebih dari 5% ke Level Terendah Empat Bulan, Ini Pendorongnya...
Thursday, October 29, 2020       04:07 WIB

Ipotnews - Harga minyak merosot lebih dari 5%, Rabu, mengirim Brent ke level terendah empat bulan karena lonjakan infeksi virus korona di Amerika dan Eropa mendorong langkah penguncian yang baru dan menyulut ekspektasi penurunan dalam permintaan bahan bakar.
Juga menekan harga, stok minyak mentah AS naik lebih dari perkiraan minggu lalu, karena produksi melonjak, menurut Badan Informasi Energi Amerika.
"Lonjakan produksi minyak menyebabkan peningkatan tak terduga minyak mentah, dan mengingat penguncian tambahan yang kita lihat di Eropa, itu semakin menambah berita buruk di pasar minyak," kata Andy Lipow, Presiden Lipow Oil Associates.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup menyusut USD2,08, atau 5,1%, menjadi USD39,12 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Rabu (28/10) atau Kamis (29/10) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melorot USD2,18, atau 5,5% menjadi USD37,39 per barel.
Itu merupakan penutupan terendah untuk Brent sejak 12 Juni dan WTI sejak 2 Oktober. Itu merupakan persentase penurunan harian terbesar untuk kedua  benchmark  tersebut sejak 8 September.
Kejatuhan harga minyak mentah mencerminkan penurunan di pasar aset berisiko lainnya, karena indeks saham AS semuanya lebih rendah, dengan S&P 500 anjlok 2,9%.
Dolar  safe-haven  naik 0,5% di tengah prospek penguncian nasional di Jerman dan Prancis untuk melawan pandemi Covid-19. Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, yang menurut para pedagang membebani harga minyak mentah.
Amerika Serikat, Rusia, Prancis, dan sejumlah negara lain mencatat rekor jumlah kasus Covid-19 dalam beberapa hari terakhir dan beberapa negara Eropa mengumumkan pembatasan baru untuk mencoba mengendalikan wabah itu yang tumbuh cepat.
Pedagang mengatakan harga minyak mentah juga terpukul oleh memudarnya prospek untuk kesepakatan cepat stimulus baru AS dan peningkatan produksi minyak dari Libya.
Selasa, Presiden Donald Trump mengakui paket bantuan ekonomi virus korona sepertinya tidak mungkin disepakati sampai setelah pemilu pekan depan.
Produksi Libya diperkirakan pulih menjadi 1 juta barel per hari (bph) dalam beberapa minggu mendatang.
Petinggi Saudi Aramco mengatakan Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC Plus, harus berurusan dengan "banyak masalah permintaan" sebelum meningkatkan pasokan seperti yang diperkirakan pada Januari 2021.
"Antara Amerika Serikat dan Libya, produksi naik hampir 2 juta bph dalam beberapa pekan terakhir," kata Robert Yawger, Direktur Mizuho di New York, mencatat jika OPEC Plus berpandangan produsen AS akan meningkat produksi, maka OPEC Plus mungkin "melepaskan 2 juta barel pada Januari...kemungkinan besar minyak mentah turun drastis."
Pasar, sementara itu, mengabaikan penurunan sementara produksi AS minggu ini karena perusahaan energi menutup sekitar setengah dari produksi lepas pantai Teluk Meksiko menjelang Badai Zeta, yang akan menghantam Pantai Teluk Rabu malam. (ef)

Sumber : Admin