Minyak Naik Setelah Melemah Lima Sesi Beruntun Jelang Kesepakatan AS-China
Wednesday, January 15, 2020       04:30 WIB

Ipotnews - Harga minyak menguat, Selasa, setelah lima hari penurunan karena Amerika Serikat dan China bersiap untuk menandatangani kesepakatan perdagangan awal dan saat ketegangan Timur Tengah mereda.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 29 sen, atau 0,5%, menjadi USD64,49 per barel, sementara patokan Amerika, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), bertambah 15 sen, atau 0,3%, menjadi USD58,23 per barel, demikian laporan  Reuters , di New York, Selasa (14/1) atau Rabu (15/1) pagi WIB.
Itu menempatkan WTI berjangka depan bulan depan di bawah bulan kedua untuk kali pertama sejak 19 November, yang dikenal dalam industri perdagangan sebagai  contango .
Analis mencatat minyak juga menemukan  technical support  setelah WTI turun ke level terendah lima pekan di posisi USD57,72 per barel sebelum memantul dari rata-rata pergerakan 200 hari (MA200).
Penandatanganan perjanjian perdagangan Fase 1 AS-China, Rabu, menandai langkah besar dalam mengakhiri pertikaian yang telah memangkas pertumbuhan global dan mengurangi permintaan minyak.
"Harga minyak  rebound  secara tentatif setelah penjual yang kelelahan masuk lagi, ketika investor menunggu perkembangan selanjutnya mengenai perdagangan dan apakah kita melihat kenaikan yang kuat dengan permintaan global setelah kesepakatan perdagangan fase-pertama," kata Edward Moya, analis OANDA di New York.
China berjanji untuk membeli lebih dari USD50 miliar pasokan energi dari Amerika Serikat selama dua tahun ke depan, menurut sumber yang menjelaskan tentang kesepakatan perdagangan itu.
Meski terjadi perselisihan perdagangan, impor minyak mentah China melonjak 9,5% pada 2019, mencetak rekor untuk tahun ke-17 berturut-turut karena pertumbuhan permintaan dari kilang yang baru mendorong pembelian oleh importir terbesar dunia itu, data menunjukkan.
Namun, kenaikan harga minyak mentah tertahan karena kekhawatiran tentang kemungkinan gangguan pasokan sedikit mereda di tengah menyusutnya ketegangan di Timur Tengah.
Penurunan baru-baru ini terjadi karena investor melepas posisi  bullish  yang dibangun setelah pembunuhan baru-baru ini atas jenderal senior Iran dalam serangan udara AS, yang mengirim harga minyak ke level tertinggi empat bulan, awal Januari, kata Harry Tchilinguirian, analis BNP Paribas di London.
Di Amerika Serikat, Badan Informasi Energi (EIA) memproyeksikan laju pertumbuhan produksi minyak ke rekor tertinggi akan melambat menjadi 3% pada 2021, tingkat terendah sejak 2016 ketika  output  menurun.
Secara terpisah, persediaan minyak mentah AS kemungkinan turun sekitar 500.000 barel pekan lalu, menurut jajak pendapat  Reuters .
Jajak pendapat itu dilakukan menjelang laporan dari American Petroleum Institute (API), kelompok industri, yang dirilis Selasa, dan EIA sehari berselang. (ef)

Sumber : Admin